1.
Patung Bhatara Gana atau Ganapati atau Ganesa yang diletakkan di
pekarangan rumah dimaksud untuk menstanakan Bhatara Gana, putra Siwa dan
Parvati, yang memberi perlindungan dan pemusnah rintangan bagi umat
manusia.
Selain Ganesa, putra Siwa yang lain
adalah Karttikeya (Baca: Siva Purana dan Lingga Purana) atau di Bali
dikenal sebagai Bhatara Hyang Kumara yang ‘bertugas’ melindungi
bayi-bayi kita.
Beliau tidak dibuatkan patung, tetapi
distanakan di pelangkiran kamar tidur bayi dengan bentuk bulat yang
disebut pelangkiran ingka (acuan: Lontar Kala Tattwa).
Bila si bayi sudah diupacari tiga bulanan maka Bhatara Hyang Kumara ‘menyerahkan tugas ngemban manusia’ kepada ‘Kanda-Pat’.
2. Kanda-Pat yang sudah suci distanakan
di pekarangan dalam wujud tugu sebagai Sedahan Karang. Bila di Sanggah
Pamerajan distanakan di palinggih Panglurah (acuan: Buku Dharmopadesa,
PHDI Kota Denpasar, halaman 44).
SUMBER: ASK BHAGAWAN DWIJA
sumber lain :
Ganesa adalah dewa ilmu pengetahuan. Dalam pewayangan disebut Batara Gana, merupakan salah satu putra Batara Guru (Siwa). Gana diwujudkan berkepala gajah dan berbadan manusia. Dalam pewayangan ia tinggal di kahyangan istananya disebut Glugu Tinatar.
Oleh orang-orang bijaksana, Ganesha diberi gelar Dewa pengetahuan, Dewa pelindung, Dewa penolak sesuatu yang buruk, Dewa keselamatan, dan lain sebagainya. Dalam ukiran-ukiran di candi, patung-patung dan lukisan, Beliau sering dilukiskan:
Bermuka gajah melambangkan Dewa Ganesha sebagai perintang segala kesulitan, bagaikan gajah merintangi musuhnya dengan gading yang tajam dan belalai yang panjang. Bertangan empat melambangkan filsafat “empat jalan menuju kebahagiaan”. Berbadan gemuk sebagai lambang orang berbadan besar yang sanggup mengalahkan musuh-musuhnya. Dewa Ganesha menunggangi tikus sebab tikus melambangkan keragu-raguan dalam menghadapi suatu hal, maka dari itu Ganesha berusaha merintangi segala kesulitannya.
SUMBER: ASK BHAGAWAN DWIJA
sumber lain :
Ganesa adalah dewa ilmu pengetahuan. Dalam pewayangan disebut Batara Gana, merupakan salah satu putra Batara Guru (Siwa). Gana diwujudkan berkepala gajah dan berbadan manusia. Dalam pewayangan ia tinggal di kahyangan istananya disebut Glugu Tinatar.
Oleh orang-orang bijaksana, Ganesha diberi gelar Dewa pengetahuan, Dewa pelindung, Dewa penolak sesuatu yang buruk, Dewa keselamatan, dan lain sebagainya. Dalam ukiran-ukiran di candi, patung-patung dan lukisan, Beliau sering dilukiskan:
Bermuka gajah melambangkan Dewa Ganesha sebagai perintang segala kesulitan, bagaikan gajah merintangi musuhnya dengan gading yang tajam dan belalai yang panjang. Bertangan empat melambangkan filsafat “empat jalan menuju kebahagiaan”. Berbadan gemuk sebagai lambang orang berbadan besar yang sanggup mengalahkan musuh-musuhnya. Dewa Ganesha menunggangi tikus sebab tikus melambangkan keragu-raguan dalam menghadapi suatu hal, maka dari itu Ganesha berusaha merintangi segala kesulitannya.
Mitologi tentang Dewa Ganesa
Kenapa Beliau berkepala gajah
Dalam
kitab Siwa Purana dikisahkan, suatu ketika Dewi Parwati (istri Dewa
Siwa) ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, ia menciptakan seorang
anak laki-laki dan diberi nama Ganesa. Ia berpesan agar anak tersebut
tidak mengizinkan siapapun masuk ke rumahnya selagi Dewi Parwati mandi
dan hanya boleh melaksanakan perintah Dewi Parwati saja. Perintah itu
dilaksanakan Ganesa dengan baik.Kenapa Beliau berkepala gajah
Alkisah
Dewa Siwa hendak masuk ke rumahnya, namun Beliau tidak dapat masuk
karena dihadang oleh anak kecil yang menjaga rumahnya. Ganesa
melarangnya karena ia melaksanakan perintah Dewi Parwati. Dewa Siwa
menjelaskan bahwa ia suami dewi Parwati dan rumah yang dijaga ganesa
adalah rumahnya juga. Namun Ganesa tidak mau mendengarkan perintah Dewa
Siwa, sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah
siapapun.
Akhirnya
Dewa Siwa kehabisan kesabarannya dan bertarung dengan Ganesa.
Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Dewa Siwa menggunakan Trisulanya
dan memenggal kepala Ganesa.
Ketika
dewi Parwati selesai mandi, ia mendapati putranya sudah tak bernyawa.
Ia marah kepada suaminya dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali.
Dewa Siwa tersadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan
istrinya.
Atas
saran Dewa Brahma, Beliau mengutus abdinya, Gana, untuk memenggal
kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke
utara. Ketika turun ke dunia, Gana mendapati seekor gajah dengan kepala
menghadap utara. Kepala gajah itu pun dipenggal untuk mengganti kepala
Ganesa.
Akhirnya
Ganesa dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa dan sejak itu diberi gelar
Dewa keselamatan. Menyelamatkan seseorang sebelum ia memulai
pekerjaanya, dengan memuja-muja Beliau
0 komentar:
Posting Komentar