Kamis, 21 Maret 2013

PATUNG DEWA GANESA/ DEWA GANA

Patung Bhatara Gana dan Tugu Sedaan Karang - The Short Story

1. Patung Bhatara Gana atau Ganapati atau Ganesa yang diletakkan di pekarangan rumah dimaksud untuk menstanakan Bhatara Gana, putra Siwa dan Parvati, yang memberi perlindungan dan pemusnah rintangan bagi umat manusia.
Selain Ganesa, putra Siwa yang lain adalah Karttikeya (Baca: Siva Purana dan Lingga Purana) atau di Bali dikenal sebagai Bhatara Hyang Kumara yang ‘bertugas’ melindungi bayi-bayi kita.
Beliau tidak dibuatkan patung, tetapi distanakan di pelangkiran kamar tidur bayi dengan bentuk bulat yang disebut pelangkiran ingka (acuan: Lontar Kala Tattwa).
Bila si bayi sudah diupacari tiga bulanan maka Bhatara Hyang Kumara ‘menyerahkan tugas ngemban manusia’ kepada ‘Kanda-Pat’.
2. Kanda-Pat yang sudah suci distanakan di pekarangan dalam wujud tugu sebagai Sedahan Karang. Bila di Sanggah Pamerajan distanakan di palinggih Panglurah (acuan: Buku Dharmopadesa, PHDI Kota Denpasar, halaman 44).

SUMBER: ASK BHAGAWAN DWIJA

 sumber lain :
      Ganesa adalah dewa ilmu pengetahuan. Dalam pewayangan disebut Batara Gana, merupakan salah satu putra Batara Guru (Siwa). Gana diwujudkan berkepala gajah dan berbadan manusia. Dalam pewayangan ia tinggal di kahyangan istananya disebut Glugu Tinatar.
Oleh orang-orang bijaksana, Ganesha diberi gelar Dewa pengetahuan, Dewa pelindung, Dewa penolak sesuatu yang buruk, Dewa keselamatan, dan lain sebagainya. Dalam ukiran-ukiran di candi, patung-patung dan lukisan, Beliau sering dilukiskan:
Bermuka gajah melambangkan Dewa Ganesha sebagai perintang segala kesulitan, bagaikan gajah merintangi musuhnya dengan gading yang tajam dan belalai yang panjang. Bertangan empat melambangkan filsafat “empat jalan menuju kebahagiaan”. Berbadan gemuk sebagai lambang orang berbadan besar yang sanggup mengalahkan musuh-musuhnya. Dewa Ganesha menunggangi tikus sebab tikus melambangkan keragu-raguan dalam menghadapi suatu hal, maka dari itu Ganesha berusaha merintangi segala kesulitannya.

Mitologi tentang Dewa Ganesa
Kenapa Beliau berkepala gajah
Dalam kitab Siwa Purana dikisahkan, suatu ketika Dewi Parwati (istri Dewa Siwa) ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, ia menciptakan seorang anak laki-laki dan diberi nama Ganesa. Ia berpesan agar anak tersebut tidak mengizinkan siapapun masuk ke rumahnya selagi Dewi Parwati mandi dan hanya boleh melaksanakan perintah Dewi Parwati saja. Perintah itu dilaksanakan Ganesa dengan baik.
Alkisah Dewa Siwa hendak masuk ke rumahnya, namun Beliau tidak dapat masuk karena dihadang oleh anak kecil yang menjaga rumahnya. Ganesa melarangnya karena ia melaksanakan perintah Dewi Parwati. Dewa Siwa menjelaskan bahwa ia suami dewi Parwati dan rumah yang dijaga ganesa adalah rumahnya juga. Namun Ganesa tidak mau mendengarkan perintah Dewa Siwa, sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun.
Akhirnya Dewa Siwa kehabisan kesabarannya dan bertarung dengan Ganesa. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Dewa Siwa menggunakan Trisulanya dan memenggal kepala Ganesa.
Ketika dewi Parwati selesai mandi, ia mendapati putranya sudah tak bernyawa. Ia marah kepada suaminya dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali. Dewa Siwa tersadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya.
Atas saran Dewa Brahma, Beliau mengutus abdinya, Gana, untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara. Ketika turun ke dunia, Gana mendapati seekor gajah dengan kepala menghadap utara. Kepala gajah itu pun dipenggal untuk mengganti kepala Ganesa.
Akhirnya Ganesa dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa dan sejak itu diberi gelar Dewa keselamatan. Menyelamatkan seseorang sebelum ia memulai pekerjaanya, dengan memuja-muja Beliau
This entry was posted in :

0 komentar:

Posting Komentar