Umat Hindu di Bali pada saat hari raya Galungan
pada umumnya membuat penjor. Penjor Galungan ditancapkan pada Hari
Selasa/Anggara wara/wuku Dungulan yang dikenal sebagai hari Penampahan Galungan
yang bermakna tegaknya dharma. Penjor dipasang atau ditancapkan pada lebuh didepan
sebelah kanan pintu masuk pekarangan. Bila rumah menghadap ke utara maka penjor
ditancapkan pada sebelah timur pintu masuk pekarangan. Sanggah dan lengkungan
ujung penjor menghadap ke tengah jalan. Bahan penjor adalah sebatang bambu yang
ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur/daun enau yang muda serta daun-daunan
lainnya (plawa). Perlengkapan penjor Pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela
rambat), Pala Gantung (misalnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), Pala Wija
(seperti jagung, padi dll), jajan, serta sanggah Ardha Candra lengkap dengan
sesajennya. Pada ujung penjor digantungkan sampiyan penjor lengkap dengan
porosan dan bunga. Sanggah Penjor Galungan mempergunakan Sanggah Ardha Candra
yang dibuat dari bambu, dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya
melengkung setengah lingkaran sehingga bentuknya menyerupai bentuk bulan sabit.
Tujuan pemasangan penjor adalah sebagai swadharma
umat Hindu untuk mewujudkan rasa bakti dan berterima kasih kehadapan Ida
Sanghyang Widi Wasa. Penjor juga sebagai tanda terima kasih manusia atas
kemakmuran yang dilimpahkan Ida Sang Hyang Widi Wasa. Bambu tinggi melengkung
adalah gambaran dari gunung yang tertinggi sebagai tempat yang suci. Hiasan
yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu, padi, jajan dan kain adalah merupakan
wakil-wakil dari seluruh tumbuh-tumbuhan dan benda sandang pangan yang
dikarunia oleh Hyang Widhi Wasa.
Penjor Galungan adalah penjor yang bersifat relegius, yaitu mempunyai fungsi tertentu dalam upacara keagamaan, dan wajib dibuat lengkap dengan perlengkapan-perlengkapannya.
Dilihat dari segi bentuk penjor merupakan lambang Pertiwi dengan segala hasilnya, yang memberikan kehidupan dan keselamatan. Pertiwi atau tanah digambarkan sebagai dua ekor naga yaitu Naga Basuki dan Ananta bhoga. Selain itu juga, penjor merupakan simbol gunung, yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan. Hiasan-hiasan adalah merupakan berjenis-jenis daun seperti daun cemara, andong, paku pipid, pakis aji dll. Untuk buah-buahan mempergunakan padi, jagung, kelapa, ketela, pisang termasuk pala bungkah, pala wija dan pala gantung, serta dilengkapi dengan jajan, tebu dan uang.
Oleh karena itu, membuat sebuah penjor sehubungan
dengan pelaksanaan upacara memerlukan persyaratan tertentu dalam arti tidak
asal membuat saja, namun seharusnya penjor tersebut sesuai dengan ketentuan
Sastra Agama, sehingga tidak berkesan hiasan saja. Sesungguhnya unsur-unsur
penjor tersebut adalah merupakan symbol-simbol suci, sebagai landasan
peng-aplikasian ajaran Weda, sehingga mencerminkan adanya nilai-nilai etika
Agama. Unsur-unsur pada penjor merupakan simbol-simbol sebagai berikut:
A. Kain putih yang terdapat pada penjor sebagai simbol kekuatan Hyang Iswara.
B. Bambu sebagai simbol dan kekuatan Hyang Brahma.
C. Kelapa sebagai simbol kekuatan Hyang Rudra.
D. Janur sebagai simbol kekuatan Hyang Mahadewa.
E. Daun-daunan (plawa) sebagai simbol kekuatan Hyang Sangkara.
F. Pala bungkah, pala gantung sebagai simbol kekuatan Hyang Wisnu.
G. Tebu sebagai simbol kekuatan Hyang Sambu.
H. Sanggah Ardha Candra sebaga: simbol kekuatan Hyang Siwa.
I. Upakara sebagai simbol kekuatan Hyang Sadha Siwa dan Parama Siwa.
A. Kain putih yang terdapat pada penjor sebagai simbol kekuatan Hyang Iswara.
B. Bambu sebagai simbol dan kekuatan Hyang Brahma.
C. Kelapa sebagai simbol kekuatan Hyang Rudra.
D. Janur sebagai simbol kekuatan Hyang Mahadewa.
E. Daun-daunan (plawa) sebagai simbol kekuatan Hyang Sangkara.
F. Pala bungkah, pala gantung sebagai simbol kekuatan Hyang Wisnu.
G. Tebu sebagai simbol kekuatan Hyang Sambu.
H. Sanggah Ardha Candra sebaga: simbol kekuatan Hyang Siwa.
I. Upakara sebagai simbol kekuatan Hyang Sadha Siwa dan Parama Siwa.
0 komentar:
Posting Komentar