Kamis, 18 April 2013

Isi Singkat Babad Ksatria Taman Bali.





Tersebut bahwa Bhatara Subali bersaudara dengan Dalem Bhatara Sekar Angsana, Bhatara Subali berasrama di Tolangkir. Bhatara Sekar Angsana berasrama di Pura Dasar Gelgel, Ada lagi saudaranya, bernama Sang Hyang Aji Rembat (penawing) berasrama di Kentelgumi, Sang Hyang Aji Rembat berputra Ida Mas Kuning berasrama di Guliang, berasrama di bukit Pangelengan.
Tersebut seorang pendeta Sang Pandia Wawu Rawuh, bertemu dengan Bhatara Subali di Tolangkir, Sang Pandia Wawu Rawuh hilir mudik menyusur tepi sungai Melangit. Tetapi, tidak menemukan mata air. Lalu beliau menancapkan tongkat pada-batu padas hingga keluar air yang jernih mengalir.
Bersama dengan keluarnya air itu, muncul pula seorang wanita. Sang Pandia Wawu Rawuh menanyai wanita itu, dan memberi nama Ni Dewi Njung Asti. Air itu diberi nama Tirta Harum. Ni Dewi Njung Asti disuruh menunggui air itu dan Sang Pandia Wawu Rawuh kembali pulang.
Bau harum itu sampai ke udara. Tercium oleh Hyang Wisnu dan segera bercengkrama di Tirta Harum. Di sana di sebuah gua tampak oleh Bhatara Wisnu seorang gadis, tetapi sang gadis tidak melihat. Bhatara Wisnu mandi dan keluar air mani, karena tak tahan melihat gadis itu. Bhatara Wisnu kembali ke Wisnuloka.
Ni Dewi Njung Asti keluar dari gua, melihat air mani Bhatara Wisnu di atas batu, lalu diambil dan dimakannya. Dewi Njung Asti, akhirnya hamil .
Dalam keadaan hamil Ni Dewi Njung Asti berkunjung pula Hyang Wisnu, serta bertanya asal usul dirinya. Setelah diceriterakan dengan jelas, maka Ni Dewi Njung Asti, diajak ke Wisnu Bhuana.
Bhatara Subali memaklumi air suci (Tirta Harum)itu. Disuruhnya Sang Hyang Aji Rembat menjaganya dan membersihkan pancuran setiap hari. Bhatara Subali membuat telaga meniru di Majapahit, maka diberi nama Taman Bali.

Lama kelamaan mereka masing- masing mempunyai putra, Sang Hyang Aji Jayarembat berputra Sira Dukuh Suladri. Ida Mas Kuning berputra dua orang, Ida Tapadhana
dan Ida Nagapuspa. Bhatara Dalem Sekar Angsana berputra Ni Dewi Ayu Mas.
Bhatara Subali memohon kepada Hyang Wisnu. Permohonannya terkabul, yaitu putra yang lahir dari Dewi Njung Asti bernama Sang Gangga Tirta. Anak itu dibawa oleh Bhatara Subali ke Tirta Harum. Bhatara Subali kembali ke Tolangkir .
Keesokan harinya, Sang Hyang Aji Jayarembat mendapatkan bayi itu pada pancuran di Tirta Harum. Segera datang Bhatara Subali menegaskan bahwa anak itu adalah putranya yang diperoleh dari Bhatara Wisnu.
Berkat Restu Bhatara Subali, anak itu diasuh oleh Sang Aji Rembat, semula bernama Sang Angga Tirta lalu diganti dengan nama Sang Anom, dalam waktu singkat, anak tersebut sangat rupawan dan telah remaja putra, kemudian pindah ke Rewataka Singasara.
Tersebut bahwa Ni Dewi Ayu Mas di Gelgel sakit keras, Dipindahkan ke Taman Bali . Diobati oleh Sang Hyang Aji Jayarembat. Dalam waktu singkat telah sembuh. Diajak kembali ke Gelgel, kemudian penyakitnya kambuh lagi. Demikian berulang-ulang akhirnya tinggal di Taman Bali sampai dewasa.
Terjalinlah hubungan antara Sang Anom dengan Dewi Ayu Mas hingga hamil, Dalem Sekar Angsana amat marah, dan memerintahkan untuk membunuh Sang Anom, dan Sang Hyang Aji. Rembat agar diantarkan ke Gelgel, Namun Dalem mengirim utusan rahasia untuk menyuruh Sang Anom menyingkir , Maka Sang Anom tiba di Tianyar luput dari serangan musuh.
Lama kelamaan Sang Anom melawat ke desanya kembali, sambil memikat burung di tengah hutan Jarak Bang. Sang Anom bertanya dijawab dengan kelakar berkali-kali. Sang Anom marah dan mengutuk tempat itu agar bernama Bangli, orang-orang dusun itu melaporkan ke Gelgel. Dalem memerintahkan untuk menangkap pemuda tersebut dan diantarkan ke istana Gelgel.
Sang Anom tertangkap dan diantar ke Gelgel. Mereka yang melihat pada bersedih menyaksikannya. Setelah tiba di Gelgel, Dalem memerintahkan untuk menangkap Sang Hyang Aji Jayarembat, dalam waktu singkat telah berhasil diserahkan kepada Dalem.
Bhatara Subali dari Tolangkir menghadap ke Gelgel melarang Dalem untuk membunuhnya serta menceriterakan riwayat kelahiran Sang Anom dan meminta agar Sang Anom bersuami istri dengan Dewi Ayu Mas serta kembali ke Taman Bali. Dalem dapat menyetujui dan kemudian sangat menyayangi sebagai menantu.
Restu Bhatara Subali kepada Sang Anom sebagai cikal- bakal Ksatria Taman Bali lahir dari Tirta Harum.
Juga upacara dan upakara pembakaran jenasah sesuai dengan seorang Ksatria. Tidak boleh lupa turun- temurun agar nyawi ke Tirta Harum.
Sang Anom dan Ni Dewi Ayu Mas sedang hamil berada di Taman Bali, Sang Anom meninggalkan istrinya untuk bertapa, dengan pesan bila lahir anaknya nanti agar diberi nama I Dewa Garba Jata. Dan disediakan sebilah keris yang bernama Ki Lobar untuk senjatanya di kemudian hari, bila Dalem meminta jangan diberikan.
Pada saatnya I Dewa Garba Jata pun lahir. Setelah dewasa menanyakan perihal ayahnya. Sang ibu menceriterakan tengah bersemadi di hutan Dawa, serta ciri-cirinya yang khas, Kemudian I Dewa Garba Java menjumpai ayahnya, tetapi tidak berkenan kembali pulang, Putranya disuruh kembali dan menjadi raja di Taman Bali. Dan tetap nyawi ke Tirta Harum serta Ki Lobar. Sang Anom pun wafat, I Dewa Garba Jata -kembali ke Taman Bali dan menceriterakan semuanya kepada ibunya.
Dalem amat cinta kepada I Dewa Garba Jata dan menganugrahkan seorang putri beliau untuk menjadi istrinya. Langsung upacara wiwaha menurut tata cara Ksatria.
I Dewa Garba Jata memperoleh seorang putra bernama Cokorda Den Bancingah, Setelah dewasa beristri putri Kyayi Jambe Pule. Melahirkan putra bernama Cokorda Pemecutan, Cokorda Pamecutan berputra I Dewa Gde Den Bancingah. I Dewa Gde Den Bancingah berputra I Dewa Kanea Den Bancingah. I Dewa Kanea Den Bancingah berputra I Dewa Gede Tangkeban. I Dewa Gede Tangkeban banyak putranya:
  1. I Dewa Pering
  2. I Dewa Pindi
  3. I Dewa Prasi
  4. I Dewa Kaler
  5. I Dewa Batan Wani
  6. I Dewa Pulesari
  7. I Dewa Mundung
  8. I Dewi Kliki
  9. I Dewa Gde Anom Teka
  10. Tak tercatat yang wanita.
Perpindahan putra-putra I Dewa Gede Tangkeban
  1. I Dewa Pering ke Brasika (Nyalian)
  2. I Dewa Prasi ke Gaga
  3. I Dewa Pindi ke Telagasura
  4. I Dewa Kaler tetap di Taman Bali.
Keris pusaka Ki Lobar dimohon oleh I Dewa Gde Pering kepada I Dewa Gde Tangkeban di Taman Bali. Keris dibawa ke Desa Nyalian.

Tersebut seorang raja di Bangli bernama Kyayi Anglurah Prawupan (keturunan Arya Batan Jeruk). Raja Taman Bali mengutus dua orang pesakitan untuk membunuh raja Bangli. Namun gagal, Kemudian raja Bangli mengutus kembali dua pesakitan itu untuk membunuh raja Taman Bali dengan janji bila berhasil diberikan hadiah kekuasaan di daerah itu, Pesakitan itu berusaha membunuh I Dewa Taman. Bali, namun pesakitan itu dapat dibunuhnya. I Dewa Taman Bali hanya menderita luka berat dan lama belum pulih.
Sedang dalam penderitaan luka parah, istri I Dewa Taman Bali digauli oleh putranya sendiri yang bernama I Dewa Kaler. I Dewa Kaler diusir dari Taman Bali kemudian bernama Pungakan Kedisan karena dalam perjalanannya disambar burung gagak, juga disebut Pungakan Don Yeh karena waktu berangkatnya mengarungi hujan lebat dan banjir.
Setelah raja Taman Bali wafat, diganti oleh putranya bernama I Dewa Anom Teka hendak menuntut bela atas wafat ayahnya yang direncanakan oleh Anglurah Paraupan di Bangli. Hal itu didukung oleh sanak keluarga dan pejabat- pejabat bawahannya. Segera mereka menyerang Bangli di bawah pimpinan I Dewa Anom Teka.
Terjadi peperangan sengit antara Taman Bali dengan Bangli yang dipimpin oleh Kyayi Paraupan dan putranya Kyayi Anglurah Dawuh Bahingin. Kyayi (Pamamoran) tewas, Kyayi Dawuh Bahingin tewas pula. Kyayi Paraupan tampil sebagai pimpinan perang. Beliau pun gugur pula. Akhirnya Bangli mengalami kekalahan.
Setelah Bangli kalah para putra Taman Bali beralih tempat. I Dewa Gede Perasi di Bangli, I Dewa Gede Pindi di Gaga.
Di Taman Bali bertahta I Dewa Anom Teka menggantikan ayahnya. Berdiri tiga kerajaan, Bangli, Taman Bali, Nyalian.
I Dewa Gde Prasi Raja Bangli, mempunyai seorang putri bernama I Dewa Ayu Den Bancingah. Tanpa keturunan.
I Dewa Kanea (ipar Dalem Linggarsapura) amat disayang oleh Dalem, diberi pangkat Kanea, diam di Utara Bancingah bergelar I Dewa Kanea Den Bancingah. Mempunyai seorang putra bernama I Dewa Gede Tangkeban, sebab pada waktu lahirnya tanpa sengaja ditutup kasur tempat duduk raja oleh Ki Arya Jambe Pule.
Pada saat terjadi pemberontakan Kyayi Anglurah Agung di Gelgel, Dalem Dimade mengungsi ke Guliang. I Dewa Kanea Den Bancingah kembali ke Brasika membawa keris Ki Lobar.
Taman Bali dikalahkan oleh Kyayi Anglurah Made dari Karangasem. Putra-putra raja Taman Bali diungsikan, ke Gianyar oleh I Dewa Manggis, Kemudian I Dewa Agung Gde diam di Taman Bali karena Taman Bali diserahkan oleh Kyayi Anglurah Made Karangasem. I Dewa Agung Gde menyerahkan desa-desa: Cegeng, Tembaga, Tohjiwa, Sangkan Aji, Margayu, Pamubugan, Sukahet, Lebu, kepada Anglurah Made Karangasem, I Dewa Agung Gde berputra dua orang di Taman Bali, pria-wanita. Yang pria bernama, I Dewa Agung Gde Taman Bali.
I Dewa Gde Taman Bali menggempur Taman Bali atas bantuan I Dewa Manggis, Taman Bali dikuasai kembali. I Dewa Agung Gde mengungsi ke Puri Kanginan (Klungkung)
I Dewa Manggis ingin melihat warna Ki Lobar. Tak diijinkan oleh Dalem. Namun niatnya tak kunjung padam.
Lama kelamaan Dalem meminjamkan keris Ki Lobar. I Dewa Gede Tangkeban menjadi salah paham, I Dewa Taman Bali dan I Dewa di Bangli menyarankan ajar dipertahankan meskipun apa terjadi. Didukung oleh sanak keluarga dan rakyatnya. I Dewa Agung Putra mendengar hal itu maka baginda minta bantuan ke Karangasem dan Gianyar untuk menggempur Nyalian. Terjadi perang sengit, I Dewa Gede Tangkeban minta bantuan Taman Bali dan Bangli, namun belum diberikan. Ternyata I dewa Gede Tangkeban tetap mengadakan perlawanan bersama sanak keluarganya. Banyak jatuh korban. I Dewa Gede Tangkeban tampil ke depan dengan menghunus Ki Lobar, hingga musuh- musuhnya lari tunggang-langgang. Kemudian pasukan Dalem maju lagi. I Dewa Gede Tangkeban tertembak, namun tidak gugur. Terpikir olehnya, kekecewaan dirinya, sehingga timbul kemarahannya pada sanak keluarganya di Bangli dan Taman Bali, beliau pun mengutuk agar selalu cekcok sesama keluarganya. Lalu ujung Ki Lobar dipotongnya. I Dewa Gde Tangkeban gugur dalam peperangan, Nyalian dikuasai oleh Klungkung.
I Dewa Gede Tangkeban meninggalkan seorang putra dilarikan ke Bangli oleh ibunya. Kemudian diasuh sebaik baiknya oleh I Dewa Ayu Den Bancingah, seperti putra kandung karena I Dewa Ayu Den Bancingah tidak berputra
selama bersuami istri dengan I Dewa Anon Rai.
I Dewa Anom Rai mempunyai seekor kuda bernama
Gandawesi dan mempunyai keahlian dapat melihat apa yang terjadi.
I Dewa Anom Rai kawin dengan seorang kasta sudra, sehingga I Dewa Den Bancingah tidak diperhatikan lagi, timbul sakit hatinya dan menyidangkan bawahannya. I Dewa Ayu Den Bancingah berkat bantuan seorang dukun Ida Waneng Pati berhasil membunuh I Dewa Anom Rai di tempat tidurnya. Kemudian I Dewa Ayu Den Bancingah menjadi Ratu. Keamanan pulih kembali.
Putra I Dewa Gede Tangkeban yang diasuh di Puri Bangli telah dewasa. Belum beristri. Senang tari- tarian antara lain, gambuh, legong, mencari guru tari ke Sukawati. Kesenangannya itu sama dengan kesenangan raja Taman Bali. Sering saling sabot guru tari, timbul cekcok antara Bangli dan Taman Bali. Taman Bali hendak menyerang Bangli, maka minta bantuan pada Dalem di Klungkung. Dalem tak berkenan karena tak pernah cekcok dengan raja Bangli. I Dewa Taman Bali merasa kecewa. Kemudian I Dewa Gede Raka Taman Bali mengumpulkan sanak saudara antara lain; I Dewa Gede Mundung, I Dewa Pulesari, I Dewa Batan Wani, I Dewa Jelepung, I Dewa Pindi, I Dewa Rendang, I Dewa Guliangan, I Dewa Pasalakan. Semua setuju menggempur Bangli tetapi agar minta bantuan ke Gianyar. Hal itu disetujui oleh I Dewa Taman. Bali, lalu minta bantuan kepada I Dewa Manggis dengan catatan bila Bangli kalah agar dibagi dua. Pasukan Gianyar dipimpin oleh Cokorda Mas. Bangli kalah dikuasai oleh Taman Bali dan Gianyar. Raja Bangli bersembunyi di Kehen. Raja Taman Bali mengepung Kehen, dan raja Gianyar menunggu di Taman Bali.
I Dewa Ayu Den Bancingah setelah memperoleh wahyu di Pura Kehen, hendak berhadapan dengan I Dewa Taman Bali. Namun bersimpang jalan, perjalanannya langsung ke selatan hingga ke Taman Bali, maka berhadapan dengan I Dewa Manggis, pasukan I Dewa Manggis kalah, mereka kembali ke Gianyar.
I Dewa Taman Bali tiba di Kehen, tidak berjumpa dengan siapa pun juga. Melihat asap mengepul di arah selatan. Disangka raja Gianyar berbuat buruk. Segera beliau hendak menghadapi raja Gianyar. Tiba di Taman Bali, ternyata sunyi-senyap. Dugaannya semula semakin tebal dan kuat
I Dewa Taman Bali menerima laporan dari Guliang, bahwasanya ada serangan pasukan Klungkung. Pasukan Klungkung dihadapinya, pasukan Klungkung ketakutan, sebab tujuannya bukan untuk berperang, melainkan Cokorda Dewagung Putra ingin bertemu dengan I Dewa Manggis. Karena serbuan pasukan Taman Bali, maka baginda kembali melalui jembatan darurat. Jembatan itu patah menimbulkan banyak korban, Dewagung Putra wafat di Blahpane. Bhatara Dalem Sakti (ayah Dewata di Blahpane) amat murka dan memerintahkan agar Gianyar dan Bangli menyerang Taman Bali, Terjadi pertempuran sengit sasih ke 5, rah 9, tenggek 3, titi tanggal 13 Isaka 1809. Taman Bali kalah, dibumihanguskan oleh Bangli. Dan kekayaan Taman Bali dibawa ke Bangli, Raja Bangli tetap I Dewa Ayu Den Bancingah.
 Saya salin dari buku Koleksi gedong Kirtya,Singaraja

BABAD KSATRYA TAMAN BALI

Isi Singkat Babad Ksatria Taman Bali.





Tersebut bahwa Bhatara Subali bersaudara dengan Dalem Bhatara Sekar Angsana, Bhatara Subali berasrama di Tolangkir. Bhatara Sekar Angsana berasrama di Pura Dasar Gelgel, Ada lagi saudaranya, bernama Sang Hyang Aji Rembat (penawing) berasrama di Kentelgumi, Sang Hyang Aji Rembat berputra Ida Mas Kuning berasrama di Guliang, berasrama di bukit Pangelengan.
Tersebut seorang pendeta Sang Pandia Wawu Rawuh, bertemu dengan Bhatara Subali di Tolangkir, Sang Pandia Wawu Rawuh hilir mudik menyusur tepi sungai Melangit. Tetapi, tidak menemukan mata air. Lalu beliau menancapkan tongkat pada-batu padas hingga keluar air yang jernih mengalir.
Bersama dengan keluarnya air itu, muncul pula seorang wanita. Sang Pandia Wawu Rawuh menanyai wanita itu, dan memberi nama Ni Dewi Njung Asti. Air itu diberi nama Tirta Harum. Ni Dewi Njung Asti disuruh menunggui air itu dan Sang Pandia Wawu Rawuh kembali pulang.
Bau harum itu sampai ke udara. Tercium oleh Hyang Wisnu dan segera bercengkrama di Tirta Harum. Di sana di sebuah gua tampak oleh Bhatara Wisnu seorang gadis, tetapi sang gadis tidak melihat. Bhatara Wisnu mandi dan keluar air mani, karena tak tahan melihat gadis itu. Bhatara Wisnu kembali ke Wisnuloka.
Ni Dewi Njung Asti keluar dari gua, melihat air mani Bhatara Wisnu di atas batu, lalu diambil dan dimakannya. Dewi Njung Asti, akhirnya hamil .
Dalam keadaan hamil Ni Dewi Njung Asti berkunjung pula Hyang Wisnu, serta bertanya asal usul dirinya. Setelah diceriterakan dengan jelas, maka Ni Dewi Njung Asti, diajak ke Wisnu Bhuana.
Bhatara Subali memaklumi air suci (Tirta Harum)itu. Disuruhnya Sang Hyang Aji Rembat menjaganya dan membersihkan pancuran setiap hari. Bhatara Subali membuat telaga meniru di Majapahit, maka diberi nama Taman Bali.

Lama kelamaan mereka masing- masing mempunyai putra, Sang Hyang Aji Jayarembat berputra Sira Dukuh Suladri. Ida Mas Kuning berputra dua orang, Ida Tapadhana
dan Ida Nagapuspa. Bhatara Dalem Sekar Angsana berputra Ni Dewi Ayu Mas.
Bhatara Subali memohon kepada Hyang Wisnu. Permohonannya terkabul, yaitu putra yang lahir dari Dewi Njung Asti bernama Sang Gangga Tirta. Anak itu dibawa oleh Bhatara Subali ke Tirta Harum. Bhatara Subali kembali ke Tolangkir .
Keesokan harinya, Sang Hyang Aji Jayarembat mendapatkan bayi itu pada pancuran di Tirta Harum. Segera datang Bhatara Subali menegaskan bahwa anak itu adalah putranya yang diperoleh dari Bhatara Wisnu.
Berkat Restu Bhatara Subali, anak itu diasuh oleh Sang Aji Rembat, semula bernama Sang Angga Tirta lalu diganti dengan nama Sang Anom, dalam waktu singkat, anak tersebut sangat rupawan dan telah remaja putra, kemudian pindah ke Rewataka Singasara.
Tersebut bahwa Ni Dewi Ayu Mas di Gelgel sakit keras, Dipindahkan ke Taman Bali . Diobati oleh Sang Hyang Aji Jayarembat. Dalam waktu singkat telah sembuh. Diajak kembali ke Gelgel, kemudian penyakitnya kambuh lagi. Demikian berulang-ulang akhirnya tinggal di Taman Bali sampai dewasa.
Terjalinlah hubungan antara Sang Anom dengan Dewi Ayu Mas hingga hamil, Dalem Sekar Angsana amat marah, dan memerintahkan untuk membunuh Sang Anom, dan Sang Hyang Aji. Rembat agar diantarkan ke Gelgel, Namun Dalem mengirim utusan rahasia untuk menyuruh Sang Anom menyingkir , Maka Sang Anom tiba di Tianyar luput dari serangan musuh.
Lama kelamaan Sang Anom melawat ke desanya kembali, sambil memikat burung di tengah hutan Jarak Bang. Sang Anom bertanya dijawab dengan kelakar berkali-kali. Sang Anom marah dan mengutuk tempat itu agar bernama Bangli, orang-orang dusun itu melaporkan ke Gelgel. Dalem memerintahkan untuk menangkap pemuda tersebut dan diantarkan ke istana Gelgel.
Sang Anom tertangkap dan diantar ke Gelgel. Mereka yang melihat pada bersedih menyaksikannya. Setelah tiba di Gelgel, Dalem memerintahkan untuk menangkap Sang Hyang Aji Jayarembat, dalam waktu singkat telah berhasil diserahkan kepada Dalem.
Bhatara Subali dari Tolangkir menghadap ke Gelgel melarang Dalem untuk membunuhnya serta menceriterakan riwayat kelahiran Sang Anom dan meminta agar Sang Anom bersuami istri dengan Dewi Ayu Mas serta kembali ke Taman Bali. Dalem dapat menyetujui dan kemudian sangat menyayangi sebagai menantu.
Restu Bhatara Subali kepada Sang Anom sebagai cikal- bakal Ksatria Taman Bali lahir dari Tirta Harum.
Juga upacara dan upakara pembakaran jenasah sesuai dengan seorang Ksatria. Tidak boleh lupa turun- temurun agar nyawi ke Tirta Harum.
Sang Anom dan Ni Dewi Ayu Mas sedang hamil berada di Taman Bali, Sang Anom meninggalkan istrinya untuk bertapa, dengan pesan bila lahir anaknya nanti agar diberi nama I Dewa Garba Jata. Dan disediakan sebilah keris yang bernama Ki Lobar untuk senjatanya di kemudian hari, bila Dalem meminta jangan diberikan.
Pada saatnya I Dewa Garba Jata pun lahir. Setelah dewasa menanyakan perihal ayahnya. Sang ibu menceriterakan tengah bersemadi di hutan Dawa, serta ciri-cirinya yang khas, Kemudian I Dewa Garba Java menjumpai ayahnya, tetapi tidak berkenan kembali pulang, Putranya disuruh kembali dan menjadi raja di Taman Bali. Dan tetap nyawi ke Tirta Harum serta Ki Lobar. Sang Anom pun wafat, I Dewa Garba Jata -kembali ke Taman Bali dan menceriterakan semuanya kepada ibunya.
Dalem amat cinta kepada I Dewa Garba Jata dan menganugrahkan seorang putri beliau untuk menjadi istrinya. Langsung upacara wiwaha menurut tata cara Ksatria.
I Dewa Garba Jata memperoleh seorang putra bernama Cokorda Den Bancingah, Setelah dewasa beristri putri Kyayi Jambe Pule. Melahirkan putra bernama Cokorda Pemecutan, Cokorda Pamecutan berputra I Dewa Gde Den Bancingah. I Dewa Gde Den Bancingah berputra I Dewa Kanea Den Bancingah. I Dewa Kanea Den Bancingah berputra I Dewa Gede Tangkeban. I Dewa Gede Tangkeban banyak putranya:
  1. I Dewa Pering
  2. I Dewa Pindi
  3. I Dewa Prasi
  4. I Dewa Kaler
  5. I Dewa Batan Wani
  6. I Dewa Pulesari
  7. I Dewa Mundung
  8. I Dewi Kliki
  9. I Dewa Gde Anom Teka
  10. Tak tercatat yang wanita.
Perpindahan putra-putra I Dewa Gede Tangkeban
  1. I Dewa Pering ke Brasika (Nyalian)
  2. I Dewa Prasi ke Gaga
  3. I Dewa Pindi ke Telagasura
  4. I Dewa Kaler tetap di Taman Bali.
Keris pusaka Ki Lobar dimohon oleh I Dewa Gde Pering kepada I Dewa Gde Tangkeban di Taman Bali. Keris dibawa ke Desa Nyalian.

Tersebut seorang raja di Bangli bernama Kyayi Anglurah Prawupan (keturunan Arya Batan Jeruk). Raja Taman Bali mengutus dua orang pesakitan untuk membunuh raja Bangli. Namun gagal, Kemudian raja Bangli mengutus kembali dua pesakitan itu untuk membunuh raja Taman Bali dengan janji bila berhasil diberikan hadiah kekuasaan di daerah itu, Pesakitan itu berusaha membunuh I Dewa Taman. Bali, namun pesakitan itu dapat dibunuhnya. I Dewa Taman Bali hanya menderita luka berat dan lama belum pulih.
Sedang dalam penderitaan luka parah, istri I Dewa Taman Bali digauli oleh putranya sendiri yang bernama I Dewa Kaler. I Dewa Kaler diusir dari Taman Bali kemudian bernama Pungakan Kedisan karena dalam perjalanannya disambar burung gagak, juga disebut Pungakan Don Yeh karena waktu berangkatnya mengarungi hujan lebat dan banjir.
Setelah raja Taman Bali wafat, diganti oleh putranya bernama I Dewa Anom Teka hendak menuntut bela atas wafat ayahnya yang direncanakan oleh Anglurah Paraupan di Bangli. Hal itu didukung oleh sanak keluarga dan pejabat- pejabat bawahannya. Segera mereka menyerang Bangli di bawah pimpinan I Dewa Anom Teka.
Terjadi peperangan sengit antara Taman Bali dengan Bangli yang dipimpin oleh Kyayi Paraupan dan putranya Kyayi Anglurah Dawuh Bahingin. Kyayi (Pamamoran) tewas, Kyayi Dawuh Bahingin tewas pula. Kyayi Paraupan tampil sebagai pimpinan perang. Beliau pun gugur pula. Akhirnya Bangli mengalami kekalahan.
Setelah Bangli kalah para putra Taman Bali beralih tempat. I Dewa Gede Perasi di Bangli, I Dewa Gede Pindi di Gaga.
Di Taman Bali bertahta I Dewa Anom Teka menggantikan ayahnya. Berdiri tiga kerajaan, Bangli, Taman Bali, Nyalian.
I Dewa Gde Prasi Raja Bangli, mempunyai seorang putri bernama I Dewa Ayu Den Bancingah. Tanpa keturunan.
I Dewa Kanea (ipar Dalem Linggarsapura) amat disayang oleh Dalem, diberi pangkat Kanea, diam di Utara Bancingah bergelar I Dewa Kanea Den Bancingah. Mempunyai seorang putra bernama I Dewa Gede Tangkeban, sebab pada waktu lahirnya tanpa sengaja ditutup kasur tempat duduk raja oleh Ki Arya Jambe Pule.
Pada saat terjadi pemberontakan Kyayi Anglurah Agung di Gelgel, Dalem Dimade mengungsi ke Guliang. I Dewa Kanea Den Bancingah kembali ke Brasika membawa keris Ki Lobar.
Taman Bali dikalahkan oleh Kyayi Anglurah Made dari Karangasem. Putra-putra raja Taman Bali diungsikan, ke Gianyar oleh I Dewa Manggis, Kemudian I Dewa Agung Gde diam di Taman Bali karena Taman Bali diserahkan oleh Kyayi Anglurah Made Karangasem. I Dewa Agung Gde menyerahkan desa-desa: Cegeng, Tembaga, Tohjiwa, Sangkan Aji, Margayu, Pamubugan, Sukahet, Lebu, kepada Anglurah Made Karangasem, I Dewa Agung Gde berputra dua orang di Taman Bali, pria-wanita. Yang pria bernama, I Dewa Agung Gde Taman Bali.
I Dewa Gde Taman Bali menggempur Taman Bali atas bantuan I Dewa Manggis, Taman Bali dikuasai kembali. I Dewa Agung Gde mengungsi ke Puri Kanginan (Klungkung)
I Dewa Manggis ingin melihat warna Ki Lobar. Tak diijinkan oleh Dalem. Namun niatnya tak kunjung padam.
Lama kelamaan Dalem meminjamkan keris Ki Lobar. I Dewa Gede Tangkeban menjadi salah paham, I Dewa Taman Bali dan I Dewa di Bangli menyarankan ajar dipertahankan meskipun apa terjadi. Didukung oleh sanak keluarga dan rakyatnya. I Dewa Agung Putra mendengar hal itu maka baginda minta bantuan ke Karangasem dan Gianyar untuk menggempur Nyalian. Terjadi perang sengit, I Dewa Gede Tangkeban minta bantuan Taman Bali dan Bangli, namun belum diberikan. Ternyata I dewa Gede Tangkeban tetap mengadakan perlawanan bersama sanak keluarganya. Banyak jatuh korban. I Dewa Gede Tangkeban tampil ke depan dengan menghunus Ki Lobar, hingga musuh- musuhnya lari tunggang-langgang. Kemudian pasukan Dalem maju lagi. I Dewa Gede Tangkeban tertembak, namun tidak gugur. Terpikir olehnya, kekecewaan dirinya, sehingga timbul kemarahannya pada sanak keluarganya di Bangli dan Taman Bali, beliau pun mengutuk agar selalu cekcok sesama keluarganya. Lalu ujung Ki Lobar dipotongnya. I Dewa Gde Tangkeban gugur dalam peperangan, Nyalian dikuasai oleh Klungkung.
I Dewa Gede Tangkeban meninggalkan seorang putra dilarikan ke Bangli oleh ibunya. Kemudian diasuh sebaik baiknya oleh I Dewa Ayu Den Bancingah, seperti putra kandung karena I Dewa Ayu Den Bancingah tidak berputra
selama bersuami istri dengan I Dewa Anon Rai.
I Dewa Anom Rai mempunyai seekor kuda bernama
Gandawesi dan mempunyai keahlian dapat melihat apa yang terjadi.
I Dewa Anom Rai kawin dengan seorang kasta sudra, sehingga I Dewa Den Bancingah tidak diperhatikan lagi, timbul sakit hatinya dan menyidangkan bawahannya. I Dewa Ayu Den Bancingah berkat bantuan seorang dukun Ida Waneng Pati berhasil membunuh I Dewa Anom Rai di tempat tidurnya. Kemudian I Dewa Ayu Den Bancingah menjadi Ratu. Keamanan pulih kembali.
Putra I Dewa Gede Tangkeban yang diasuh di Puri Bangli telah dewasa. Belum beristri. Senang tari- tarian antara lain, gambuh, legong, mencari guru tari ke Sukawati. Kesenangannya itu sama dengan kesenangan raja Taman Bali. Sering saling sabot guru tari, timbul cekcok antara Bangli dan Taman Bali. Taman Bali hendak menyerang Bangli, maka minta bantuan pada Dalem di Klungkung. Dalem tak berkenan karena tak pernah cekcok dengan raja Bangli. I Dewa Taman Bali merasa kecewa. Kemudian I Dewa Gede Raka Taman Bali mengumpulkan sanak saudara antara lain; I Dewa Gede Mundung, I Dewa Pulesari, I Dewa Batan Wani, I Dewa Jelepung, I Dewa Pindi, I Dewa Rendang, I Dewa Guliangan, I Dewa Pasalakan. Semua setuju menggempur Bangli tetapi agar minta bantuan ke Gianyar. Hal itu disetujui oleh I Dewa Taman. Bali, lalu minta bantuan kepada I Dewa Manggis dengan catatan bila Bangli kalah agar dibagi dua. Pasukan Gianyar dipimpin oleh Cokorda Mas. Bangli kalah dikuasai oleh Taman Bali dan Gianyar. Raja Bangli bersembunyi di Kehen. Raja Taman Bali mengepung Kehen, dan raja Gianyar menunggu di Taman Bali.
I Dewa Ayu Den Bancingah setelah memperoleh wahyu di Pura Kehen, hendak berhadapan dengan I Dewa Taman Bali. Namun bersimpang jalan, perjalanannya langsung ke selatan hingga ke Taman Bali, maka berhadapan dengan I Dewa Manggis, pasukan I Dewa Manggis kalah, mereka kembali ke Gianyar.
I Dewa Taman Bali tiba di Kehen, tidak berjumpa dengan siapa pun juga. Melihat asap mengepul di arah selatan. Disangka raja Gianyar berbuat buruk. Segera beliau hendak menghadapi raja Gianyar. Tiba di Taman Bali, ternyata sunyi-senyap. Dugaannya semula semakin tebal dan kuat
I Dewa Taman Bali menerima laporan dari Guliang, bahwasanya ada serangan pasukan Klungkung. Pasukan Klungkung dihadapinya, pasukan Klungkung ketakutan, sebab tujuannya bukan untuk berperang, melainkan Cokorda Dewagung Putra ingin bertemu dengan I Dewa Manggis. Karena serbuan pasukan Taman Bali, maka baginda kembali melalui jembatan darurat. Jembatan itu patah menimbulkan banyak korban, Dewagung Putra wafat di Blahpane. Bhatara Dalem Sakti (ayah Dewata di Blahpane) amat murka dan memerintahkan agar Gianyar dan Bangli menyerang Taman Bali, Terjadi pertempuran sengit sasih ke 5, rah 9, tenggek 3, titi tanggal 13 Isaka 1809. Taman Bali kalah, dibumihanguskan oleh Bangli. Dan kekayaan Taman Bali dibawa ke Bangli, Raja Bangli tetap I Dewa Ayu Den Bancingah.
 Saya salin dari buku Koleksi gedong Kirtya,Singaraja

Sabtu, 06 April 2013


TIPS buat yang suka ngeluh BB lemot/pending
Jgn pang ping kesana kemari! Nih tips nya coy.....
Kalau BM'y Lemot jgn mnta PING sma org laen! PING bukan utk biar BM gk
lemot,PING buat klo org lama blz BM'y..
Tips ini berlaku untuk semua type BB, baik Curve, Pearl, Bold,Storm, produk br.   Berikut tips nya :






1. Usahakan tiap 2-3 hari sekali, restart hp anda (tekan secara
bersamaan : alt +  aA⇧ + del) ini fungsinya untuk membuang dan
menghapus sisa-sisa fi yg tidak terpakai akibat proses chatting maupun
browsing.

2. Lakukan secara rutin Clear Log Event dengan cara tekan tombol ALT+L
G L G..akan muncul dilayar hasil log,tekan tombol logo  ,pilih Clear
Log (jk bhs inggris), atau bersihkan Log (jk bhs Indonesia), tekan
Delete.

3. Lakukan juga secara rutin Cleaning Memory, dgn cara, pilih Options,
Security Options, Cleaning Memory, tekan tombol logo  ,pilih Clean
Now.

4. Tiap 2-3 hari sekali,lakukan Host Routing Table, dengan cara pilih
Options, Advanced Options, pilih Host Routing Table, tekan tombol logo
 ,pilih Register Now.

5. Dan setelah step ke 4 diatas,lakukan juga tiap 2-3 hari sekali
Diagnostic Test, ini sangat penting. Karena lwt inilah kelihatan
dilayar apakah BB kita terkoneksi semua,baik PIN, Register maupun
koneksi Email. Dengan cara, pilih Options, Mobile Network, setelah itu
tekan logo  ,pilih Diagnostic Test, lalu tekan lagi tombol logo 
,pilih RUN,biarkan sampai proses berjalan Completed, jika hasil proses
ada yg Abort,ulangi lg agar hasil jgn sampai ada yang Abort..

Itulah tips agar kinerja BB kita lancar, stabil dan tidak lemot.
Semoga bermanfaat..Ingat, tips diatas bukan cuma diusahakan dilakukan,
tetapi harus, agar BB lancar dan tidak lemot..Karena BB bukan HP GSM
biasa..BB (Blackberry) adalah Smartphone..





=> BB ilang gimana solusinya?

Ini untuk alat HP-nya termasuk Blackberry, bukan sim-cardnya. Harap maklum adanya  ;)
NB: Lakukan sebelum HP / Blackberry anda Hilang
Teman, tolong sebarkan tips ini kpd semua orang yang anda kenal. Biar maling handphone pada jera.
Akhir2 ini sering terjadi pencurian HP, baik di tempat2 umum, di lampu merah perempatan jalan(dengan memaksa ! ), di terminal, pelabuhan, dibus, didalam kendaraan umum, dan lain-lain....
Setiap HP memiliki 15 digit serial number yang unique (IMEI), artinya:
tidak mungkin sama dengan HP lainya.
Untuk mencatat nomor ini, pencet di HP anda.
Tekan :  * # 0 6 #
Lalu tekan :  ok/dial » pada layar akan tampil 15 digit kode.
Catat nomor ini dan simpan di tempat yang aman. Jangan simpan di
dompet, lebih baik ditinggalkan di rumah atau kantor, yang kira2
menurut anda aman...
Apabila HP anda dicuri, hubungi operator kartu SIM anda dan
beritahukan kode ini. Mereka akan dapat melakukan blocking sehingga HP
tersebut tidak dapat digunakan sama sekali walaupun ditukar kartunya
karena yang di block adalah HP nya dan bukan nomor panggilan HP.
Kemungkinan besar memang HP anda tidak akan kembali lagi.... Namun
paling tidak orang jahat juga sama sekali tidak bisa menggunakannya
(biar nggak keenakan). Sehingga kalau semua (atau sebagian besar) HP -
HP yangdicuri tidak bisa berfungsi, maka dipasar gelap harganya akan
jatuh, dan diharapkan trend pencurian HP sudah nggak mode lagi.

semoga bermanfaat ya kawan........ !!!

CARA MENGATASI BB LEMOT/PENDING


TIPS buat yang suka ngeluh BB lemot/pending
Jgn pang ping kesana kemari! Nih tips nya coy.....
Kalau BM'y Lemot jgn mnta PING sma org laen! PING bukan utk biar BM gk
lemot,PING buat klo org lama blz BM'y..
Tips ini berlaku untuk semua type BB, baik Curve, Pearl, Bold,Storm, produk br.   Berikut tips nya :






1. Usahakan tiap 2-3 hari sekali, restart hp anda (tekan secara
bersamaan : alt +  aA⇧ + del) ini fungsinya untuk membuang dan
menghapus sisa-sisa fi yg tidak terpakai akibat proses chatting maupun
browsing.

2. Lakukan secara rutin Clear Log Event dengan cara tekan tombol ALT+L
G L G..akan muncul dilayar hasil log,tekan tombol logo  ,pilih Clear
Log (jk bhs inggris), atau bersihkan Log (jk bhs Indonesia), tekan
Delete.

3. Lakukan juga secara rutin Cleaning Memory, dgn cara, pilih Options,
Security Options, Cleaning Memory, tekan tombol logo  ,pilih Clean
Now.

4. Tiap 2-3 hari sekali,lakukan Host Routing Table, dengan cara pilih
Options, Advanced Options, pilih Host Routing Table, tekan tombol logo
 ,pilih Register Now.

5. Dan setelah step ke 4 diatas,lakukan juga tiap 2-3 hari sekali
Diagnostic Test, ini sangat penting. Karena lwt inilah kelihatan
dilayar apakah BB kita terkoneksi semua,baik PIN, Register maupun
koneksi Email. Dengan cara, pilih Options, Mobile Network, setelah itu
tekan logo  ,pilih Diagnostic Test, lalu tekan lagi tombol logo 
,pilih RUN,biarkan sampai proses berjalan Completed, jika hasil proses
ada yg Abort,ulangi lg agar hasil jgn sampai ada yang Abort..

Itulah tips agar kinerja BB kita lancar, stabil dan tidak lemot.
Semoga bermanfaat..Ingat, tips diatas bukan cuma diusahakan dilakukan,
tetapi harus, agar BB lancar dan tidak lemot..Karena BB bukan HP GSM
biasa..BB (Blackberry) adalah Smartphone..





=> BB ilang gimana solusinya?

Ini untuk alat HP-nya termasuk Blackberry, bukan sim-cardnya. Harap maklum adanya  ;)
NB: Lakukan sebelum HP / Blackberry anda Hilang
Teman, tolong sebarkan tips ini kpd semua orang yang anda kenal. Biar maling handphone pada jera.
Akhir2 ini sering terjadi pencurian HP, baik di tempat2 umum, di lampu merah perempatan jalan(dengan memaksa ! ), di terminal, pelabuhan, dibus, didalam kendaraan umum, dan lain-lain....
Setiap HP memiliki 15 digit serial number yang unique (IMEI), artinya:
tidak mungkin sama dengan HP lainya.
Untuk mencatat nomor ini, pencet di HP anda.
Tekan :  * # 0 6 #
Lalu tekan :  ok/dial » pada layar akan tampil 15 digit kode.
Catat nomor ini dan simpan di tempat yang aman. Jangan simpan di
dompet, lebih baik ditinggalkan di rumah atau kantor, yang kira2
menurut anda aman...
Apabila HP anda dicuri, hubungi operator kartu SIM anda dan
beritahukan kode ini. Mereka akan dapat melakukan blocking sehingga HP
tersebut tidak dapat digunakan sama sekali walaupun ditukar kartunya
karena yang di block adalah HP nya dan bukan nomor panggilan HP.
Kemungkinan besar memang HP anda tidak akan kembali lagi.... Namun
paling tidak orang jahat juga sama sekali tidak bisa menggunakannya
(biar nggak keenakan). Sehingga kalau semua (atau sebagian besar) HP -
HP yangdicuri tidak bisa berfungsi, maka dipasar gelap harganya akan
jatuh, dan diharapkan trend pencurian HP sudah nggak mode lagi.

semoga bermanfaat ya kawan........ !!!
This entry was posted in :

Selasa, 02 April 2013




1. Doa panganjali
      OM Swastyastu
      Artinya : Semoga selalu dalam lindungan hyang widhi
2 . Doa Sebelum Tidur :
Om Asato Ma Sat Gamaya, Tamaso Ma Jyotir Gamaya Mrityor Mamritan Gamaya
Artinya :
Ya Tuhan, Tuntunlah Kami Dari Jalan Sesat Ke Jalan Yang Benar, Dari Jalan Gelap Ke Jalan Yang Terang Hindarkan Kami Dari Kematian Menuju Kehidupan Sejati

3 . Doa Baru Bangun Pagi :
          Om Jagrasca Prabhata Kalasca Ya Namah Swaha
         Artinya : Ya Tuhan , Hamba Memujamu, Bahwa Hamba Telah Bangun Pagi Dalam              Keadaan Selamat.


  4. Doa Mandi :
     a. Cuci Muka :
         Om Cam Camani Ya Namah Swaha
         Om Waktra Parisudaha Ya Namah Swaha
Artinya :
Ya Tuhan, Hamba Memujamu, Semoga Muka Hamba Menjadi Bersih
     b. Menggosok Gigi :
Om Rahphat Astraya Namah
Om Sri Dewi Bhatrimsa Yogini Namah
Artinya :
Ya Tuhan, Sujud Hamba Kepada Dewi Sri, Bhatari Yogini, Semoga Bersihlah Gigi Hamba
     c. Berkumur :
         Om Ang Waktra Parisudhamam Swaha
Artinya :
Ya Tuhan, Semoga Bersihlah Mulut Hamba
     d. Membersihkan Kaki :
         Om Am Kham Khasolkhaya Iswaraya Namah Swaha
Artinya :
Ya Tuhan, Semoga Bersihlah Kaki Hamba


     e. Mandi :
Om Gangga Amrta Sarira Sudhamam Swaha
Om Sarira Parisudhamam Swaha
Artinya :
Ya Tuhan, Engkau Adalah Sumber Kehidupan Abadi Nan Suci, Semoga Badan Hamba Menjadi Bersih Dan Suci
  5. Doa Pada Waktu Mengenakan Pakaian :
Om Tam Mahadewaya Namah Swaha
Om Bhusanam Sarirabhyo Parisudhamam Swaha
Artinya :
Tuhan Dalam Perwujudanmu Sebagai Tat Purusha, Dewa Yang Maha Agung, Hamba Sujud Kepadamu Dalam Menggunakan Pakaian Ini. Semoga Pakaian Hamba Menjadi Bersih Dan Suci
  6. Doa Diwaktu Makan :
     a. Menghadapi Makanan :
Om Ang Kang Kasolkaya Ica Na Ya Namah Swaha, Swasti Swasti Sarwa Dewa Bhuta Pradhana Purusa Sang Yoga Ya Namah
Artinya :
Oh Hyang Widhi Yang Bergelar Icana (Bergerak Cepat) Para Dewa Bhutan, Dan Unsur Pradhana Purusa, Para Yogi, Semoga Senang Berkumpul Menikmati Makanan Ini
b. Yadnya Sesa :
Om Sarwa Bhuta Sukka Pretebhyah Swaha
Artinya :
Oh Hyang Widhi, Semoga Para Bhuta Senang Menikmati Makanan Ini Dan Sesudahnya Supaya Pergi, Tidak Mengganggu
c. Mulai Makan :
     Om Anugraha Amrtadi Sanjiwani Ya Namah Swaha
Artinya :
Ya Tuhan Semoga Makanan Ini Menjadi Amerta Yang Menghidupkan Hamba
     d. Sesudah Makan :
Om Dir Ghayur Astu, Awighnam Astu, Çubham Astu
Om Sriyam Bhawantu, Sukkam Bhawantu, Purnam Bhawantu, Ksamasampurna Ya Namah Swaha
Om Santih, Santih, Santih Om
Artinya :
Ya Tuhan Semoga Hamba Panjang Umur, Tiada Halangan, Selalu Bahagia, Tentram, Senang Dan Semua Menjadi Sempurna
Ya Tuhan, Semoga Damai, Damai, Damai, Selalu
  7. Doa Memulai Pekerjaan :
Om Awighnam Astu Namo Sidham
Om Sidhirastu Tad Astu Swaha
Artinya :
Ya Tuhan, Semoga Atas Berkenanmu, Tiada Suatu Halangan Bagi Hamba Memulai Pekerjaan Ini Dan Semoga Berhasil Baik
  8. Doa Selesai Bekerja / Bersyukur :
Om Dewa Suksma Parama Acintya Ya Namah Swaha, Sarwa Karya Prasidhantam

Om Santih, Santih, Santih, Om
Artinya :
Ya Tuhan, Dalam Wujud Parama Acintya Yang Maha Gaib Dan Maha Karya, Hanya Atas Anugrahmulah Maka Pekerjaan Ini Berhasil Dengan Baik
Semoga Damai, Damai Di Hati, Damai Di Dunia, Damai Selamanya
  9. Doa Mohon Bimbingan Tuhan :
Om asato Ma Sadyamaya Tamaso Ma Jyotir Gamaya Mrtyor Ma Amrtam Gamaya

Om Agne Brahma Grbhniswa Dharunama Syanta Riksam Drdvamha
Brahmawanitwa Ksatrawani SajataWahyu Dadhami Bhratrwyasya Wadhyaya
Artinya :
Tuhan Yang Maha Suci Bimbinglah Hamba Dari Yang Tidak Benar Menuju Yang Benar. Bimbinglah Hamba Dari Kegelapan Menuju Cahaya Pengetahuan Yang Terang. lepaskanlah Hamba Dari Kematian Menuju Kehidupan Yang Abadi. Tuhan Yang Maha Suci. Terimalah Pujian Yang Hamba Persembahkan Melalui Weda Mantra Dan Kembangkanlah Pengetahuan Rohani Hamba Agar Hamba Dapat Menghancurkan Musuh Yang Ada Pada Hamba (Nafsu). Hamba Menyadari Bahwa Engkaulah Yang Berada Dalam Setiap Insani (Jiwatman), Menolong Orang Terpelajar, Pemimpin Negara Dan Para Pejabat. Hamba Menuju Engkau Semoga Melimpahkan Anugerah Kekuatan Kepada Hamba
  10. Doa Mohon Inspirasi :
Om Prano Dewi Saraswati Wajebhir Wajiniwati Dhinam Awinyawantu
Artinya :
Ya Tuhan Dalam Manifestasi Dewi Saraswati, Hyang Maha Agung Dan Maha Kuasa, Semoga Engkau Memancarkan Kekuatan Rohani, Kecerdasan Pikiran, Dan Lindungilah Hamba Selama-Lamanya
  11. Doa Mohon Kecerdasan :
Om Pawakanah Saraswati Wajebhir Wajiniwati Yajnam Wastu Dhiyawasuh
Artinya :
Ya Tuhan, Sebagai Manifestasi Dewi Saraswati, Yang Maha Suci, Anugerahilah Hamba Kecerdasan Dan Terimalah Persembahan Hamba Ini
  12. Doa Belajar :
     a. Doa Waktu Mulai Membaca Kitab Agama (Veda) :
Om Narayana, Om Saraswati Jaya
Artinya :
Ya Tuhan , Narayana Oh Hyang Widhi (Saraswati) Semoga Hamba Menang (Berhasil) Jaya
     b. Doa Mulai Belajar :
Om Purwe Jato Brahmano Brahmacari Dharmam Wasanas Tapasodatistat Tasmajjatam Brahmanam Brahma Iyestham Dewasca Sarwe Amrttna Sakama
Artinya :
Ya Tuhan, Muridmu Hadir Dihadapanmu, Oh Brahman Yang Berselimutkan Kesaktian Dan Berdiri Sebagai Pertama, Tuhan, Anugrahkanlah Pengetahuan Dan Pikiran Yang Terang. Brahman Yang Agung, Setiap Mahkluk Hanya Dapat Bersinar Berkat Cahayamu Yang Senantiasa Memancar
  13. Doa Mengheningkan Cipta :
Om Mata Bhumih Putro Aham Prthivyah
Artinya :
Ya Tuhan, Semoga Kami Mencintai Tanah Air Ini Sebagai Ibu Dan Hamba Adalah Putra-Putranya Yang Siap Sedia Membela Seperti Para Pahlawan Kami
14 . Doa Memotong Hewan :
Om Pasu Pasaya Wimahe Sirascadaya Dhimahi Tano Jiwah Pracodayat
Artinya :
Semoga Atas Berkenan Dan Berkahmu Para Pemotong Hewan Dalam Upacara Kurban Suci Ini Beserta Orang-Orang Yang Telah Berdana Punia Untuk Yadnya Ini Memperoleh Kesejahteraan Dan Kebahagiaan. Tuhan Hamba Memotong Hewan Ini Semoga Rohnya Menjadi Suci
15 . Doa Mengunjungi Orang Sakit :
Om Sarwa Wighna Sarwa Klesa Sarwa Lara Roga Winasaya Namah
Artinya :
Ya Tuhan Semoga Segala Halangan, Segala Penyakit, Segala Penderitaan Dan Gangguan Engkau Lenyapkan Semuanya
16 . Doa Mendengar Atau Melayat Orang Mati :
Om Swargantu, Moksantu, Sunyantu, Murcantu,
Om Ksama Sampurna Ya Namah Swaha
Artinya :
Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, Semogalah Arwah Yang Meninggal Mendapat Sorga, Menunggal Denganmu, Mencapai Keheningan Tanpa Derita.
Ya Tuhan Ampunilah Segala Dosanya, Semoga Ia Mencapai Kesempurnaan Atas Kekuasaan Dan Pengetahuan Serta Pengampunanmu


17 . Doa Para Pedagang :
Om a Wiswani Amrta Saubhagani
Artinya :
Ya Tuhan, Semoga Engkau Menganugrahkan Segala Keberuntungan Yang Memberikan Kebahagiaan Kepada Kami
18 . Doa Saat Sakit / Mohon Perlindungan Menghilangkan Kegelisahan :
Om Trayam Bhakam Ya Jamahe Sughamdin Pusthi Wardhanam Uhrwaru Kham Iwa Bhandhanat Mrityor Mukhsya Mamritat
Artinya :
Oh Sanghyang Widhi Wasa, Yang Maha Mulia. Kami Memujamu, Hindarkanlah Kami Dari Keraguan Ini. Bebaskanlah Kami Dari Belenggu Dosa, Bagaikan Mentimun Lepas Dari Tangkainya, Sehingga Kami Dapat Bersatu Denganmu
19 . Doa Menghilangkan Rasa Takut :
Om Om Jaya Jiwat Sarira Raksan Dadasime
Om Mjum Sah Waosat Mrityun Jaya Namah Swaha
Artinya :
Oh Sanghyang Widhi Wasa Yang Maha Jaya Yang Mengatasi Segala Kematian Kami Memujamu. Lindungilah Kami Dari Marabahaya
20 . Doa Menghindari Malapetaka :
Om Sarwa Papa Winasini Sarwa Roga Wimocane Sarwa Klesa Winasanam Sarwa Bhogam Awapnuyat
Om Srikare Sapa Hut Kare Roga Dosa Winasanam Siwa Lokam Mahayaste Mantra Manah Papa Kelah
Artinya :
Oh Sanghyang Widhi Wasa, Terimalah Segala Persembahan Kami. Engkau Musnahkan Segala Malapetaka. Engkau Bebaskan Segala Derita, Dan Engkau Jauhkan Segala Penyakit
Oh Sanghyang Widhi Wasa, Engkau Yang Dipuja Sebagai Penguasa Alam Semesta, Engkau Menjiwai Inti Segala Mantra, Bebaskanlah Segala Dosa Dan Derita, Serta Tuntunlah Kami Ke Jalan Yang Benar
21 . Doa Resepsi Pengantin :
Om Iha Iwa Stam Ma Wi Yaus Tam Wiswam Ayur Wyasnutam Kridantau Putrair Naptrbhih Modamanau Swe Grhe
Artinya :
Ya Tuhan, Anugerahkanlah Kepada Pasangan Pengantin Ini Kebahagiaan, Keduanya Tiada Terpisahkan Dan Panjang Umur. Semoga Penganten Ini Dianugerahkan Putera Dan Cucu Yang Memberikan Penghiburan, Tinggal Di Rumah Yang Penuh Kegembiraan
22 . Doa Mohon Ketenangan Rumah Tangga:
Om Wisowiso Wo Atithim Wajayantah Purupriyam Agnim Wo Duryam Wacah Stuse Susasya Manmabhih
Artinya :
Ya Tuhan, Engkau Adalah Tamu Yang Datang Pada Setiap Rumah. Engkau Amat Mencintai Umatmu. Engkau Adalah Sahabat Yang Maha Pemurah. Perkenankanlah Hamba Memujamu Dengan Penuh Kekuatan, Dalam Ucapan Maupun Tenaga Dan Dalam Lagu Pujian
23 . Doa Kelahiran Bayi :
Om Brhatsumnah Prasawita
Om Brhatsumnah Prasawita Niwesano Jagatah Sthaturub Hayasya Yo Wasi Sano Dewah Sawita Sarma Yaccha Twasme Ksayaya Triwarutham Amhasah
Artinya :
Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, Yang Memberi Kehidupan Pada Alam Dan Menegakkannya. Ia Mengatur Yang Bergerak Maupun Yang Tidak Bergerak Semoga Ia Memberi Rahmatnya Kepada Kami Untuk Ketentraman Hidup Dengan Kemampuan Untuk Menghindari Kekuatan Yang Jahat
24 . Doa Ulang Tahun Kelahiran :
Om Dirgayurastu Tad Astu Astu Swaha
Artinya :
Oh Sanghyang Widhi Wasa Semoga Bahagia Dan Panjang Umur Atas Karuniamu
25 . Doa Menolak Bahaya :
Om Om Asta Maha Bayaya
Om Sarwa Dewa, Sarwa Sanjata, Sarwa Warna Ya Namah,
Om Atma Raksaya, Sarwa Satru, Winasaya Namah Swaha
Artinya :
Oh Sanghyang Widhi Wasa Penakluk Segala Macam Bahaya Dari Segala Penjuru, Hamba Memujamu Dalam Wujud Sinar Suci Dengan Beraneka Warna Dan Senjata Yang Ampuh. Oh Sanghyang Widhi Wasa Lindungilah Jiwa Kami. Semoga Semua Musuh Binasa
26 . Doa Sebelum Melakukan Hubungan Suami Istri (Bersenggama):
Om Krung Kama Supurna Dewata Manggala Ya Namah Swaha
Artinya :
Ya Tuhan, Dewa Asmara Yang Amat Suci Yang Terutama
27. Doa Pembuka Rapat/Pertemuan :
Om Sam Gacchadwam Samwadadwam Sam Wo Manamsi Janatam Dewa Bhagam Yatha Purwe Samjanana Upasate
Om Samani Wa Akutih Samana Hrdayani Wah Samanam Astu Wo Mano Yatha Wah Susahasati
Om Ano Bhadrah Krattawoyantu Wistawah
Artinya :
Ya Tuhan, Hamba Berkumpul Di Tempat Ini Hendak Bicara Satu Dengan Yang Lain Untuk Menyatukan Pikiran Sebagaimana Halnya Para Dewa Selalu Bersatu. Ya Tuhan, Tuntunlah Kami Agar Sama Dalam Tujuan, Sama Dalam Hati, Bersatu Dalam Pikiran Hingga Dapat Hidup bersama Dalam Sejahtera Dan Bahagia. Ya Tuhan, Semoga Pikiran Yang Baik Datang Dari Segala Penjuru
  28. Doa Menutup Rapat/Pertemuan :
Om Mantrahinam Kriyahinam Bhaktihinam Maheswara, Yad Pujitan Mahadewa Paripurnam Tad Astu Me
Ayuwrdhir Yasowridhih Wridhih Pradnyasukhasriyam Dharma Santana Wrdhisca Santu Te Sapta Wrdhayah
Om Dirghayur Nirwighna Sukha Wridhi Nugrahakam
Artinya :
Oh Iswara Yang Agung, Mantra Kami Tiada Sempurna, Perbuatan Kami Tiada Sempurna Pula. Karena Itu Kami Memujamu, Oh Iswara Yang Agung, Semoga Kami Dikaruniai Kesempurnaan (Di Dalam Melakukan Tugas)
Oh Sanghyang Widhi Wasa, Berkahilah Kami Dengan Tujuh Perpanjangan : Hidup Lama, Nama Harum, Ilmu Pengetahuan, Kebahagiaan, Kesejahteraan, Kepercayaan, Dan Putera-Putera Utama (Sebagai Generasi Perjuangan Bangsa)
Oh Sanghyang Widhi Wasa, Semoga Kami Sukses Tanpa Halangan Dan Memperoleh Kebahagiaan Atas Anugerahmu.
  29. Doa pramasanti 
      Om Santih Santih Santih Om 
      Artinya : Semoga damai, damai di hati, damai di dunia , damai selama-lamanya.

DOA SEHARI-HARI AGAMA HINDU




1. Doa panganjali
      OM Swastyastu
      Artinya : Semoga selalu dalam lindungan hyang widhi
2 . Doa Sebelum Tidur :
Om Asato Ma Sat Gamaya, Tamaso Ma Jyotir Gamaya Mrityor Mamritan Gamaya
Artinya :
Ya Tuhan, Tuntunlah Kami Dari Jalan Sesat Ke Jalan Yang Benar, Dari Jalan Gelap Ke Jalan Yang Terang Hindarkan Kami Dari Kematian Menuju Kehidupan Sejati

3 . Doa Baru Bangun Pagi :
          Om Jagrasca Prabhata Kalasca Ya Namah Swaha
         Artinya : Ya Tuhan , Hamba Memujamu, Bahwa Hamba Telah Bangun Pagi Dalam              Keadaan Selamat.


  4. Doa Mandi :
     a. Cuci Muka :
         Om Cam Camani Ya Namah Swaha
         Om Waktra Parisudaha Ya Namah Swaha
Artinya :
Ya Tuhan, Hamba Memujamu, Semoga Muka Hamba Menjadi Bersih
     b. Menggosok Gigi :
Om Rahphat Astraya Namah
Om Sri Dewi Bhatrimsa Yogini Namah
Artinya :
Ya Tuhan, Sujud Hamba Kepada Dewi Sri, Bhatari Yogini, Semoga Bersihlah Gigi Hamba
     c. Berkumur :
         Om Ang Waktra Parisudhamam Swaha
Artinya :
Ya Tuhan, Semoga Bersihlah Mulut Hamba
     d. Membersihkan Kaki :
         Om Am Kham Khasolkhaya Iswaraya Namah Swaha
Artinya :
Ya Tuhan, Semoga Bersihlah Kaki Hamba


     e. Mandi :
Om Gangga Amrta Sarira Sudhamam Swaha
Om Sarira Parisudhamam Swaha
Artinya :
Ya Tuhan, Engkau Adalah Sumber Kehidupan Abadi Nan Suci, Semoga Badan Hamba Menjadi Bersih Dan Suci
  5. Doa Pada Waktu Mengenakan Pakaian :
Om Tam Mahadewaya Namah Swaha
Om Bhusanam Sarirabhyo Parisudhamam Swaha
Artinya :
Tuhan Dalam Perwujudanmu Sebagai Tat Purusha, Dewa Yang Maha Agung, Hamba Sujud Kepadamu Dalam Menggunakan Pakaian Ini. Semoga Pakaian Hamba Menjadi Bersih Dan Suci
  6. Doa Diwaktu Makan :
     a. Menghadapi Makanan :
Om Ang Kang Kasolkaya Ica Na Ya Namah Swaha, Swasti Swasti Sarwa Dewa Bhuta Pradhana Purusa Sang Yoga Ya Namah
Artinya :
Oh Hyang Widhi Yang Bergelar Icana (Bergerak Cepat) Para Dewa Bhutan, Dan Unsur Pradhana Purusa, Para Yogi, Semoga Senang Berkumpul Menikmati Makanan Ini
b. Yadnya Sesa :
Om Sarwa Bhuta Sukka Pretebhyah Swaha
Artinya :
Oh Hyang Widhi, Semoga Para Bhuta Senang Menikmati Makanan Ini Dan Sesudahnya Supaya Pergi, Tidak Mengganggu
c. Mulai Makan :
     Om Anugraha Amrtadi Sanjiwani Ya Namah Swaha
Artinya :
Ya Tuhan Semoga Makanan Ini Menjadi Amerta Yang Menghidupkan Hamba
     d. Sesudah Makan :
Om Dir Ghayur Astu, Awighnam Astu, Çubham Astu
Om Sriyam Bhawantu, Sukkam Bhawantu, Purnam Bhawantu, Ksamasampurna Ya Namah Swaha
Om Santih, Santih, Santih Om
Artinya :
Ya Tuhan Semoga Hamba Panjang Umur, Tiada Halangan, Selalu Bahagia, Tentram, Senang Dan Semua Menjadi Sempurna
Ya Tuhan, Semoga Damai, Damai, Damai, Selalu
  7. Doa Memulai Pekerjaan :
Om Awighnam Astu Namo Sidham
Om Sidhirastu Tad Astu Swaha
Artinya :
Ya Tuhan, Semoga Atas Berkenanmu, Tiada Suatu Halangan Bagi Hamba Memulai Pekerjaan Ini Dan Semoga Berhasil Baik
  8. Doa Selesai Bekerja / Bersyukur :
Om Dewa Suksma Parama Acintya Ya Namah Swaha, Sarwa Karya Prasidhantam

Om Santih, Santih, Santih, Om
Artinya :
Ya Tuhan, Dalam Wujud Parama Acintya Yang Maha Gaib Dan Maha Karya, Hanya Atas Anugrahmulah Maka Pekerjaan Ini Berhasil Dengan Baik
Semoga Damai, Damai Di Hati, Damai Di Dunia, Damai Selamanya
  9. Doa Mohon Bimbingan Tuhan :
Om asato Ma Sadyamaya Tamaso Ma Jyotir Gamaya Mrtyor Ma Amrtam Gamaya

Om Agne Brahma Grbhniswa Dharunama Syanta Riksam Drdvamha
Brahmawanitwa Ksatrawani SajataWahyu Dadhami Bhratrwyasya Wadhyaya
Artinya :
Tuhan Yang Maha Suci Bimbinglah Hamba Dari Yang Tidak Benar Menuju Yang Benar. Bimbinglah Hamba Dari Kegelapan Menuju Cahaya Pengetahuan Yang Terang. lepaskanlah Hamba Dari Kematian Menuju Kehidupan Yang Abadi. Tuhan Yang Maha Suci. Terimalah Pujian Yang Hamba Persembahkan Melalui Weda Mantra Dan Kembangkanlah Pengetahuan Rohani Hamba Agar Hamba Dapat Menghancurkan Musuh Yang Ada Pada Hamba (Nafsu). Hamba Menyadari Bahwa Engkaulah Yang Berada Dalam Setiap Insani (Jiwatman), Menolong Orang Terpelajar, Pemimpin Negara Dan Para Pejabat. Hamba Menuju Engkau Semoga Melimpahkan Anugerah Kekuatan Kepada Hamba
  10. Doa Mohon Inspirasi :
Om Prano Dewi Saraswati Wajebhir Wajiniwati Dhinam Awinyawantu
Artinya :
Ya Tuhan Dalam Manifestasi Dewi Saraswati, Hyang Maha Agung Dan Maha Kuasa, Semoga Engkau Memancarkan Kekuatan Rohani, Kecerdasan Pikiran, Dan Lindungilah Hamba Selama-Lamanya
  11. Doa Mohon Kecerdasan :
Om Pawakanah Saraswati Wajebhir Wajiniwati Yajnam Wastu Dhiyawasuh
Artinya :
Ya Tuhan, Sebagai Manifestasi Dewi Saraswati, Yang Maha Suci, Anugerahilah Hamba Kecerdasan Dan Terimalah Persembahan Hamba Ini
  12. Doa Belajar :
     a. Doa Waktu Mulai Membaca Kitab Agama (Veda) :
Om Narayana, Om Saraswati Jaya
Artinya :
Ya Tuhan , Narayana Oh Hyang Widhi (Saraswati) Semoga Hamba Menang (Berhasil) Jaya
     b. Doa Mulai Belajar :
Om Purwe Jato Brahmano Brahmacari Dharmam Wasanas Tapasodatistat Tasmajjatam Brahmanam Brahma Iyestham Dewasca Sarwe Amrttna Sakama
Artinya :
Ya Tuhan, Muridmu Hadir Dihadapanmu, Oh Brahman Yang Berselimutkan Kesaktian Dan Berdiri Sebagai Pertama, Tuhan, Anugrahkanlah Pengetahuan Dan Pikiran Yang Terang. Brahman Yang Agung, Setiap Mahkluk Hanya Dapat Bersinar Berkat Cahayamu Yang Senantiasa Memancar
  13. Doa Mengheningkan Cipta :
Om Mata Bhumih Putro Aham Prthivyah
Artinya :
Ya Tuhan, Semoga Kami Mencintai Tanah Air Ini Sebagai Ibu Dan Hamba Adalah Putra-Putranya Yang Siap Sedia Membela Seperti Para Pahlawan Kami
14 . Doa Memotong Hewan :
Om Pasu Pasaya Wimahe Sirascadaya Dhimahi Tano Jiwah Pracodayat
Artinya :
Semoga Atas Berkenan Dan Berkahmu Para Pemotong Hewan Dalam Upacara Kurban Suci Ini Beserta Orang-Orang Yang Telah Berdana Punia Untuk Yadnya Ini Memperoleh Kesejahteraan Dan Kebahagiaan. Tuhan Hamba Memotong Hewan Ini Semoga Rohnya Menjadi Suci
15 . Doa Mengunjungi Orang Sakit :
Om Sarwa Wighna Sarwa Klesa Sarwa Lara Roga Winasaya Namah
Artinya :
Ya Tuhan Semoga Segala Halangan, Segala Penyakit, Segala Penderitaan Dan Gangguan Engkau Lenyapkan Semuanya
16 . Doa Mendengar Atau Melayat Orang Mati :
Om Swargantu, Moksantu, Sunyantu, Murcantu,
Om Ksama Sampurna Ya Namah Swaha
Artinya :
Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, Semogalah Arwah Yang Meninggal Mendapat Sorga, Menunggal Denganmu, Mencapai Keheningan Tanpa Derita.
Ya Tuhan Ampunilah Segala Dosanya, Semoga Ia Mencapai Kesempurnaan Atas Kekuasaan Dan Pengetahuan Serta Pengampunanmu


17 . Doa Para Pedagang :
Om a Wiswani Amrta Saubhagani
Artinya :
Ya Tuhan, Semoga Engkau Menganugrahkan Segala Keberuntungan Yang Memberikan Kebahagiaan Kepada Kami
18 . Doa Saat Sakit / Mohon Perlindungan Menghilangkan Kegelisahan :
Om Trayam Bhakam Ya Jamahe Sughamdin Pusthi Wardhanam Uhrwaru Kham Iwa Bhandhanat Mrityor Mukhsya Mamritat
Artinya :
Oh Sanghyang Widhi Wasa, Yang Maha Mulia. Kami Memujamu, Hindarkanlah Kami Dari Keraguan Ini. Bebaskanlah Kami Dari Belenggu Dosa, Bagaikan Mentimun Lepas Dari Tangkainya, Sehingga Kami Dapat Bersatu Denganmu
19 . Doa Menghilangkan Rasa Takut :
Om Om Jaya Jiwat Sarira Raksan Dadasime
Om Mjum Sah Waosat Mrityun Jaya Namah Swaha
Artinya :
Oh Sanghyang Widhi Wasa Yang Maha Jaya Yang Mengatasi Segala Kematian Kami Memujamu. Lindungilah Kami Dari Marabahaya
20 . Doa Menghindari Malapetaka :
Om Sarwa Papa Winasini Sarwa Roga Wimocane Sarwa Klesa Winasanam Sarwa Bhogam Awapnuyat
Om Srikare Sapa Hut Kare Roga Dosa Winasanam Siwa Lokam Mahayaste Mantra Manah Papa Kelah
Artinya :
Oh Sanghyang Widhi Wasa, Terimalah Segala Persembahan Kami. Engkau Musnahkan Segala Malapetaka. Engkau Bebaskan Segala Derita, Dan Engkau Jauhkan Segala Penyakit
Oh Sanghyang Widhi Wasa, Engkau Yang Dipuja Sebagai Penguasa Alam Semesta, Engkau Menjiwai Inti Segala Mantra, Bebaskanlah Segala Dosa Dan Derita, Serta Tuntunlah Kami Ke Jalan Yang Benar
21 . Doa Resepsi Pengantin :
Om Iha Iwa Stam Ma Wi Yaus Tam Wiswam Ayur Wyasnutam Kridantau Putrair Naptrbhih Modamanau Swe Grhe
Artinya :
Ya Tuhan, Anugerahkanlah Kepada Pasangan Pengantin Ini Kebahagiaan, Keduanya Tiada Terpisahkan Dan Panjang Umur. Semoga Penganten Ini Dianugerahkan Putera Dan Cucu Yang Memberikan Penghiburan, Tinggal Di Rumah Yang Penuh Kegembiraan
22 . Doa Mohon Ketenangan Rumah Tangga:
Om Wisowiso Wo Atithim Wajayantah Purupriyam Agnim Wo Duryam Wacah Stuse Susasya Manmabhih
Artinya :
Ya Tuhan, Engkau Adalah Tamu Yang Datang Pada Setiap Rumah. Engkau Amat Mencintai Umatmu. Engkau Adalah Sahabat Yang Maha Pemurah. Perkenankanlah Hamba Memujamu Dengan Penuh Kekuatan, Dalam Ucapan Maupun Tenaga Dan Dalam Lagu Pujian
23 . Doa Kelahiran Bayi :
Om Brhatsumnah Prasawita
Om Brhatsumnah Prasawita Niwesano Jagatah Sthaturub Hayasya Yo Wasi Sano Dewah Sawita Sarma Yaccha Twasme Ksayaya Triwarutham Amhasah
Artinya :
Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, Yang Memberi Kehidupan Pada Alam Dan Menegakkannya. Ia Mengatur Yang Bergerak Maupun Yang Tidak Bergerak Semoga Ia Memberi Rahmatnya Kepada Kami Untuk Ketentraman Hidup Dengan Kemampuan Untuk Menghindari Kekuatan Yang Jahat
24 . Doa Ulang Tahun Kelahiran :
Om Dirgayurastu Tad Astu Astu Swaha
Artinya :
Oh Sanghyang Widhi Wasa Semoga Bahagia Dan Panjang Umur Atas Karuniamu
25 . Doa Menolak Bahaya :
Om Om Asta Maha Bayaya
Om Sarwa Dewa, Sarwa Sanjata, Sarwa Warna Ya Namah,
Om Atma Raksaya, Sarwa Satru, Winasaya Namah Swaha
Artinya :
Oh Sanghyang Widhi Wasa Penakluk Segala Macam Bahaya Dari Segala Penjuru, Hamba Memujamu Dalam Wujud Sinar Suci Dengan Beraneka Warna Dan Senjata Yang Ampuh. Oh Sanghyang Widhi Wasa Lindungilah Jiwa Kami. Semoga Semua Musuh Binasa
26 . Doa Sebelum Melakukan Hubungan Suami Istri (Bersenggama):
Om Krung Kama Supurna Dewata Manggala Ya Namah Swaha
Artinya :
Ya Tuhan, Dewa Asmara Yang Amat Suci Yang Terutama
27. Doa Pembuka Rapat/Pertemuan :
Om Sam Gacchadwam Samwadadwam Sam Wo Manamsi Janatam Dewa Bhagam Yatha Purwe Samjanana Upasate
Om Samani Wa Akutih Samana Hrdayani Wah Samanam Astu Wo Mano Yatha Wah Susahasati
Om Ano Bhadrah Krattawoyantu Wistawah
Artinya :
Ya Tuhan, Hamba Berkumpul Di Tempat Ini Hendak Bicara Satu Dengan Yang Lain Untuk Menyatukan Pikiran Sebagaimana Halnya Para Dewa Selalu Bersatu. Ya Tuhan, Tuntunlah Kami Agar Sama Dalam Tujuan, Sama Dalam Hati, Bersatu Dalam Pikiran Hingga Dapat Hidup bersama Dalam Sejahtera Dan Bahagia. Ya Tuhan, Semoga Pikiran Yang Baik Datang Dari Segala Penjuru
  28. Doa Menutup Rapat/Pertemuan :
Om Mantrahinam Kriyahinam Bhaktihinam Maheswara, Yad Pujitan Mahadewa Paripurnam Tad Astu Me
Ayuwrdhir Yasowridhih Wridhih Pradnyasukhasriyam Dharma Santana Wrdhisca Santu Te Sapta Wrdhayah
Om Dirghayur Nirwighna Sukha Wridhi Nugrahakam
Artinya :
Oh Iswara Yang Agung, Mantra Kami Tiada Sempurna, Perbuatan Kami Tiada Sempurna Pula. Karena Itu Kami Memujamu, Oh Iswara Yang Agung, Semoga Kami Dikaruniai Kesempurnaan (Di Dalam Melakukan Tugas)
Oh Sanghyang Widhi Wasa, Berkahilah Kami Dengan Tujuh Perpanjangan : Hidup Lama, Nama Harum, Ilmu Pengetahuan, Kebahagiaan, Kesejahteraan, Kepercayaan, Dan Putera-Putera Utama (Sebagai Generasi Perjuangan Bangsa)
Oh Sanghyang Widhi Wasa, Semoga Kami Sukses Tanpa Halangan Dan Memperoleh Kebahagiaan Atas Anugerahmu.
  29. Doa pramasanti 
      Om Santih Santih Santih Om 
      Artinya : Semoga damai, damai di hati, damai di dunia , damai selama-lamanya.

Kamis, 21 Maret 2013

1. PENDAHULUAN
Suatu ciri utama kehidupan dalam ber-Agama Hindu adalah percaya dan bakti kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa. Kekuasaan-Nya tidak terbatas sedangkan kemampuan manusia sangat terbatas.
Manusia dalam ketidaksempurnaannya selalu ingin mendekatkan diri kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa agar memperoleh perlindungan dan petunjuk dalam menempuh kehidupan. Mereka yang memahami pengertian ini menjadi manusia yang mulia karena senantiasa mengutamakan ke-Tuhanan dalam tatanan kehidupannya.
Dalam Bhagwadgita dijelaskan bahwa Tuhan menciptakan manusia berdasarkan yadnya dan sebagai sumber kehidupan manusia Tuhan menciptakan alam. Oleh karena itu selalu diupayakan menjaga keharmonisan antara: Tuhan – Manusia – Alam melalui yadnya.
Manusia yang ingin mendekatkan diri kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan jalan yadnya memerlukan sarana antara lain Pura dan Sanggah Pamrajan.

2. PENGERTIAN PURA DAN SANGGAH PAMRAJAN
Pura berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu “Phur”, artinya tempat suci, istana, kota. Lebih khusus berarti tempat persembahyangan untuk umum atau kelompok sosial tertentu yang lebih luas sifatnya dari Sanggah Pamerajan.
Sanggah berasal dari Bahasa Kawi: “Sanggar”, berarti tempat untuk melakukan kegiatan (pemujaan suci); dan Pamrajan berasal dari Bahasa Kawi: “Praja”, yang berarti keturunan atau keluarga. Dengan demikian Sanggah Pamrajan dapat diartikan sebagai tempat pemujaan dari suatu kelompok keturunan atau keluarga.
Dalam Lontar Siwagama disebutkan bahwa Palinggih utama yang ada di Sanggah Pamrajan adalah Kamulan sebagai tempat pemujaan arwah leluhur. Untuk menguatkan kedudukan Kamulan, dibangun Palinggih-Palinggih lain sebagai berikut:
  1. Taksu: palinggih Dewi Saraswati, sakti (kekuatan) Dewa Brahma dengan Bhiseka Hyang Taksu yang memberikan daya majik agar semua pekerjaan berhasil baik.
  2. Pangrurah: palinggih Bhatara Kala, putra Bhatara Siwa dengan Bhiseka Ratu Ngurah yang bertugas sebagai pecalang atau penjaga Sanggah Pamrajan.
  3. Sri Sdana atau Rambut Sdana: palinggih Dewi Sri dengan Bhiseka Sri Sdana atau Limascatu, yaitu sakti (kekuatan) dari Dewa Wisnu sebagai pemberi kemakmuran kepada manusia.
  4. Padma: palinggih Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa dalam wujud sebagai Siwa Raditya.
  5. Manjangan Salwang: palinggih Dewa Rsi Mpu Kuturan dengan Bhiseka Limaspahit, penyebar dan penyempurna Agama Hindu di Bali, abad ke-10 M
  6. Gedong Maprucut: palinggih Danghyang Nirarta dengan Bhiseka Limascari, penyebar dan penyempurna Agama Hindu di Bali, abad ke-15 M.
  7. Gedong Limas atau Meru tumpang satu, tiga, lima: palinggih Bhatara Kawitan, yaitu leluhur utama dari keluarga.
  8. Bebaturan: palinggih Bhatara Ananthaboga dengan Bhiseka Saptapetala, yaitu sakti Sanghyang Pertiwi, kekuatan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam menguasai bumi.
  9. Bebaturan: palinggih Bhatara Baruna dengan Bhiseka Lebuh, yaitu sakti Bhatara Wisnu, kekuatan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam menguasai lautan.
  10. Bebaturan: palinggih Bhatara Indra dengan Bhiseka Luhuring Akasa, yaitu sakti Bhatara Brahma, kekuatan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam menguasai angkasa.
  11. Gedong Limas: palinggih Bhatara Raja Dewata dengan Bhiseka Dewa Hyang atau Hyang Kompiang, yaitu stana para leluhur di bawah Bethara Kawitan yang sudah suci.
  12. Pengapit Lawang (dua buah di kiri-kanan Pamedal Agung): palinggih Bhatara Kala dengan Bhiseka Jaga-Jaga, yaitu putra Bhatara Siwa yang bertugas sebagai pecalang.
  13. Balai Pengaruman: palinggih Bhatara-Bhatari semua ketika dihaturi Piodalan atau ayaban jangkep (harum-haruman). Sering juga disebut sebagai Balai Piasan (Pahyasan) karena ketika dilinggihkan di sini, Pralingga-pralingga sudah dihias.
Catatan:
  • Di beberapa Sanggah Pamrajan sering dijumpai beberapa Gedong Limas kecil-kecil yang merupakan palinggih tambahan. Menurut sejarah para leluhur terdahulu yang kebanyakan didirikan untuk menyatakan terima kasih dan bhakti, misalnya ketika sakit memohon penyembuhan dari Ida Bhatara di Pulaki; setelah sembuh lalu mendirikan pengayatan Beliau di Sanggah Pamrajan, demikian selanjutnya berkembang dengan berbagai kejadian, sampai akhirnya ada yang mencapai jumlah puluhan palinggih.
  • Palinggih pokok yang ada di Sanggah Pamrajan antara 9 buah atau 11 buah seperti yang disebutkan di atas. Jumlah, jenis, dan letak palinggih-palinggih di masing-masing Sanggah Pamrajan tidak pernah sama karena masing-masing menuruti sejarah leluhurnya.
  • Pengelompokan Sanggah Pamrajan berbeda-beda; ada yang memecah menjadi tiga kelompok, yaitu: Kawitan, Sanggah Pamrajan, dan Dewa Hyang dengan batas tembok panjengker, bahkan dengan hari Piodalan dan Pamangku yang berbeda-beda.
3. TATA CARA MEMASUKI PURA DAN SANGGAH PAMRAJAN
Pura dan Sanggah Pamrajan adalah tempat suci oleh karena itu maka sebelum masuk hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Bersih lahir bathin; lahir: sudah mandi, pakaian bersih dengan tata cara pakaian yang wajar untuk bersembahyang; bathin: pikiran yang hening, tenang, tentram dan siap memusatkan pikiran untuk berbakti kepada Yang Maha Kuasa.
  2. Tidak dalam keadaan cuntaka, kecuali kematian dan perkawinan, boleh masuk ke Sanggah Pamrajan keluarga sendiri.
  3. Bayi yang belum diupacarai tiga bulanan tidak boleh masuk karena masih “leteh”.
  4. Wanita yang rambutnya diurai (“megambahan”) tidak boleh masuk karena rambut yang diurai menyiratkan: keasmaraan (birahi), marah, sedih, dan mempelajari ilmu hitam.
  5. Ibu yang sedang menyusui bayi boleh masuk dengan syarat tidak boleh menyusui bayi di dalam (jeroan) karena air susu Ibu yang menetes akan “ngeletehin” Pura dan Sanggah Pamrajan, di samping itu dipandang tidak sopan mengeluarkan buah dada.
  6. Mereka yang sedang sakit, baik sakit badan maupun sakit ingatan, atau yang terluka tidak boleh masuk karena dapat ngeletehin.
  7. Tidak dalam keadaan mabuk atau “fly”
Pintu/ Pemedal dibuat sempit, cukup untuk satu atau dua orang berbarengan, maksudnya agar masuk ke dalam Pura dan Sanggah Pamrajan secara tertib tidak terburu-buru. Setelah berada di dalam Pura dan Sanggah Pamrajan tata tertib yang perlu diperhatikan antara lain:
  1. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengganggu ketentraman bersembahyang.
  2. Tidak makan/ minum berlebih-lebihan
  3. Tidak membuang kotoran
  4. Tidak bertengkar/ berkelahi
  5. Tidak berbicara keras/ memaki, memfitnah atau membicarakan keburukan orang lain.
  6. Tidak bersedih, menangis/ meratap.
4. FUNGSI PURA DAN SANGGAH PAMRAJAN
Selain sebagai tempat suci untuk bersembahyang, fungsi Pura dan Sanggah Pamrajan berkembang menjadi beberapa fungsi ikutan, yaitu:
  1. Pemelihara persatuan; di saat Odalan, semua warga dan sanak keluarga berkumpul saling melepas rindu karena bertempat tinggal jauh dan jarang bertemu namun merasa dekat di hati karena masih dalam satu garis keturunan.
  2. Pemelihara dan pembina kebudayaan; di saat Odalan dipentaskan tari-tarian sakral, kidung-kidung pemujaan Dewa, tabuh gambelan, wayang, dll.
  3. Pendorong pengembangan pendidikan di bidang agama, adat, dan etika/susila; ketika mempersiapkan Upacara Odalan, ada kegiatan gotong royong membuat tetaring, menghias palinggih, majejahitan, mebat, dll.
  4. Pengembangan kemampuan berorganisasi; membentuk panitia pemugaran, panitia piodalan, dll.
  5. Pendorong kegiatan sosial; dengan mengumpulkan dana punia untuk tujuan sosial baik bagi membantu anggota keluarga sendiri, maupun orang lain.
5. ODALAN
Odalan berasal dari kata “Wedal” atau lahir; hari Odalan = hari wedal = hari lahir = hari di-stanakannya Ida Bethara di Pura dan Sanggah Pamrajan. Yang menjadi patokan adalah hari upacara Ngenteg Linggih yang pertama kali.
Istilah lain yang digunakan untuk hari Odalan adalah hari: Petirtaan (karena di saat itu kepada Ida Bethara disiratkan tirta pebersihan dan dimohonkan tirta wangsuhpada), Petoyaan (sama dengan Petirtaan), Pujawali (karena di saat itu diadakan pemujaan “wali” = kembali di hari kelahiran = wedal).
Hari-hari menurut pawukon yang digunakan sebagai hari odalan (enam bulan sekali) adalah:
  1. Buda Kliwon: Sinta, Gumbreg, Dungulan, Pahang, Matal, Ugu
  2. Tumpek: Landep, Wariga, Kuningan, Krulut, Uye, Wayang.
  3. Buda Wage: Ukir, Warigadean, Langkir, Merakih, Menail, Klawu
  4. Anggarakasih: Kulantir, Julungwangi, Medangsia, Tambir, Prangbakat, Dukut.
  5. Saniscara Umanis: Tolu, Sungsang, Pujut, Medangkungan, Bala, Watugunung.
Susunan upacara Ngaturang Piodalan adalah sbb.:
  1. Mapiuning di Sanggah Pamrajan bahwa akan ngaturang Piodalan
  2. Macaru, bersamaan dengan Newasain/ Nanceb tetaring
  3. Nuwur tirta ke Pura-Pura lain menurut tradisi
  4. Nedunang pratima-pratima Ida Bethara
  5. Mamendak Ida Bethara
  6. Makalahias
  7. Ngewangsuh dan masucian
  8. Ngadegang Ida Bethara
  9. Ngaturang Piodalan, pemuspaan
  10. Nyineb Ida Bethara
  11. Masidakarya
  12. Makebat don
6. MLASPAS
Mlaspas asal kata dari “paspas” artinya membersihkan atau membuang yang tidak perlu; di sini dimaksudkan bahwa bahan-bahan yang digunakan sebagai palinggih: batu, pasir, semen, besi, kayu sudah ditingkatkan statusnya, tidak lagi bernama demikian, tetapi sudah menjadi satu kesatuan dengan nama palinggih.
Sebelum upacara mlaspas, untuk bangunan baru, diadakan upacara:
  1. Memangguh: asal kata: “pangguh” = menemukan tanah baru yang sesuai.
  2. Memirak: asal kata: “pirak” = nebus-menebus di niskala kepada Sedahan Karang/ Carik pemilik tanah pekarangan semula.
  3. Nyikut karang: mengukur panjang/ lebar karang yang akan digunakan sebagai lokasi pelinggih dengan berpedoman pada asta bumi dan asta kosala-kosali.
  4. Macaru asal kata dari “car” = harmonis, yaitu menciptakan keharmonisan antara Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit sesuai dengan konsep Tri-Hita-Karana (tiga penyebab kesempurnaan)
  5. Ngararuwak asal kata “wak” = membuka, yaitu membongkar tanah untuk pondasi
  6. Mendem dasar dengan batu tiga warna (merah merajah “Ang”=Brahma, hitam merajah “Ung”= Wisnu, putih merajah “Mang”=Siwa)
  7. Mamakuh asal kata “bakuh” = kuat; mengokohkan pondamen, bangunan lanjutan, sendi-sendi, paku-paku, atap dll.
  8. Ngurip asal kata “urip” = hidup; menghidupkan bangunan dengan mohon restu Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam wujudnya sebagai Brahma (tetoreh warna merah – di atas), Siwa (tetoreh warna putih – di tengah), dan Wisnu (tetoreh warna hitam – di bawah).
  9. Mendem pedagingan; asal kata “daging” = isi = jiwa bagi palinggih, yaitu Pancadatu, bersamaan dengan memasang Orti, asal kata orta = berita, mengandung simbol agar karya di Sanggah Pamrajan menjadi berita seketurunan, dan memasang Palakerti, asal kata Pala = pahala, Kerti = perbuatan, mengandung simbol buah perbuatan yang patut menjadi contoh bagi keturunan berikutnya. Selanjutnya memasang Bagia, asal kata bagia = landuh = makmur, mengandung simbol mohon kemakmuran kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa. Pada waktu mendem pedagingan semua keluarga agar menyiapkan takir berisi: kalpika, bija, jinah sesari dengan maksud agar dikaruniai umur panjang (kalpika), kemakmuran (bija) dan hasil kerja yang baik (sesari).
  10. Memasang ulap-ulap; asal kata ulap = panggil. Simbol ulap-ulap maksudnya memohon kehadiran Ida Bethara agar berstana di palinggih yang sudah disiapkan.
Setelah itu barulah dilaksanakan upacara melaspas, dan seterusnya Ngenteg Linggih.
7. TATA CARA DAN UPACARA MEMUGAR PURA DAN SANGGAH PAMERAJAN
1. Tahap Pertama (membongkar bangunan lama dan meletakkan batu pertama):
  1. Mareresik
  2. Mapiuning
  3. Macaru Pancasata
  4. Ngadegang Ida Bethara di Daksina linggih
  5. Maguru Piduka
  6. Mlaspas dan masupati batu papendeman
  7. Masupati trisarana (takir berisi: kalpika, beras, jinah)
  8. Ngingsirang Daksina linggih ketempat darurat (asagan)
  9. Mralina palinggih-palinggih lama yang akan dibongkar
  10. Ngereruak pondamen palinggih-palinggih lama
  11. Mendem batu papendeman, takir caru, dan takir trisarana
  12. Persembahyangan
  13. Dharma Wacana tentang: 1] Pura dan Sanggah Pamerajan. 2] Baberatan preti sentana.
2. Tahap Kedua (mlaspas):
  1. Mareresik
  2. Mapiuning
  3. Macaru Resi Gana
  4. Mlaspas dan masupati pedagingan, bagia/ orti/ palakerti, ulap-ulap
  5. Memakuh palinggih-palinggih
  6. Maurip-urip palinggih-palinggih
  7. Mlaspas palinggih-palinggih
  8. Mendem pedagingan dan memasang bagia/ orti/ palakerti/ ulap-ulap
  9. Ngambe-ulap
  10. Nuntun Ida Bethara ke Palinggih-palinggih baru.
  11. Ngaturang ayaban, pemuspaan, Dharma wacana

 SUMBER : ASK BHAGAWAN DWIJA

Pura dan Sanggah Pamraja

1. PENDAHULUAN
Suatu ciri utama kehidupan dalam ber-Agama Hindu adalah percaya dan bakti kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa. Kekuasaan-Nya tidak terbatas sedangkan kemampuan manusia sangat terbatas.
Manusia dalam ketidaksempurnaannya selalu ingin mendekatkan diri kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa agar memperoleh perlindungan dan petunjuk dalam menempuh kehidupan. Mereka yang memahami pengertian ini menjadi manusia yang mulia karena senantiasa mengutamakan ke-Tuhanan dalam tatanan kehidupannya.
Dalam Bhagwadgita dijelaskan bahwa Tuhan menciptakan manusia berdasarkan yadnya dan sebagai sumber kehidupan manusia Tuhan menciptakan alam. Oleh karena itu selalu diupayakan menjaga keharmonisan antara: Tuhan – Manusia – Alam melalui yadnya.
Manusia yang ingin mendekatkan diri kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan jalan yadnya memerlukan sarana antara lain Pura dan Sanggah Pamrajan.

2. PENGERTIAN PURA DAN SANGGAH PAMRAJAN
Pura berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu “Phur”, artinya tempat suci, istana, kota. Lebih khusus berarti tempat persembahyangan untuk umum atau kelompok sosial tertentu yang lebih luas sifatnya dari Sanggah Pamerajan.
Sanggah berasal dari Bahasa Kawi: “Sanggar”, berarti tempat untuk melakukan kegiatan (pemujaan suci); dan Pamrajan berasal dari Bahasa Kawi: “Praja”, yang berarti keturunan atau keluarga. Dengan demikian Sanggah Pamrajan dapat diartikan sebagai tempat pemujaan dari suatu kelompok keturunan atau keluarga.
Dalam Lontar Siwagama disebutkan bahwa Palinggih utama yang ada di Sanggah Pamrajan adalah Kamulan sebagai tempat pemujaan arwah leluhur. Untuk menguatkan kedudukan Kamulan, dibangun Palinggih-Palinggih lain sebagai berikut:
  1. Taksu: palinggih Dewi Saraswati, sakti (kekuatan) Dewa Brahma dengan Bhiseka Hyang Taksu yang memberikan daya majik agar semua pekerjaan berhasil baik.
  2. Pangrurah: palinggih Bhatara Kala, putra Bhatara Siwa dengan Bhiseka Ratu Ngurah yang bertugas sebagai pecalang atau penjaga Sanggah Pamrajan.
  3. Sri Sdana atau Rambut Sdana: palinggih Dewi Sri dengan Bhiseka Sri Sdana atau Limascatu, yaitu sakti (kekuatan) dari Dewa Wisnu sebagai pemberi kemakmuran kepada manusia.
  4. Padma: palinggih Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa dalam wujud sebagai Siwa Raditya.
  5. Manjangan Salwang: palinggih Dewa Rsi Mpu Kuturan dengan Bhiseka Limaspahit, penyebar dan penyempurna Agama Hindu di Bali, abad ke-10 M
  6. Gedong Maprucut: palinggih Danghyang Nirarta dengan Bhiseka Limascari, penyebar dan penyempurna Agama Hindu di Bali, abad ke-15 M.
  7. Gedong Limas atau Meru tumpang satu, tiga, lima: palinggih Bhatara Kawitan, yaitu leluhur utama dari keluarga.
  8. Bebaturan: palinggih Bhatara Ananthaboga dengan Bhiseka Saptapetala, yaitu sakti Sanghyang Pertiwi, kekuatan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam menguasai bumi.
  9. Bebaturan: palinggih Bhatara Baruna dengan Bhiseka Lebuh, yaitu sakti Bhatara Wisnu, kekuatan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam menguasai lautan.
  10. Bebaturan: palinggih Bhatara Indra dengan Bhiseka Luhuring Akasa, yaitu sakti Bhatara Brahma, kekuatan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam menguasai angkasa.
  11. Gedong Limas: palinggih Bhatara Raja Dewata dengan Bhiseka Dewa Hyang atau Hyang Kompiang, yaitu stana para leluhur di bawah Bethara Kawitan yang sudah suci.
  12. Pengapit Lawang (dua buah di kiri-kanan Pamedal Agung): palinggih Bhatara Kala dengan Bhiseka Jaga-Jaga, yaitu putra Bhatara Siwa yang bertugas sebagai pecalang.
  13. Balai Pengaruman: palinggih Bhatara-Bhatari semua ketika dihaturi Piodalan atau ayaban jangkep (harum-haruman). Sering juga disebut sebagai Balai Piasan (Pahyasan) karena ketika dilinggihkan di sini, Pralingga-pralingga sudah dihias.
Catatan:
  • Di beberapa Sanggah Pamrajan sering dijumpai beberapa Gedong Limas kecil-kecil yang merupakan palinggih tambahan. Menurut sejarah para leluhur terdahulu yang kebanyakan didirikan untuk menyatakan terima kasih dan bhakti, misalnya ketika sakit memohon penyembuhan dari Ida Bhatara di Pulaki; setelah sembuh lalu mendirikan pengayatan Beliau di Sanggah Pamrajan, demikian selanjutnya berkembang dengan berbagai kejadian, sampai akhirnya ada yang mencapai jumlah puluhan palinggih.
  • Palinggih pokok yang ada di Sanggah Pamrajan antara 9 buah atau 11 buah seperti yang disebutkan di atas. Jumlah, jenis, dan letak palinggih-palinggih di masing-masing Sanggah Pamrajan tidak pernah sama karena masing-masing menuruti sejarah leluhurnya.
  • Pengelompokan Sanggah Pamrajan berbeda-beda; ada yang memecah menjadi tiga kelompok, yaitu: Kawitan, Sanggah Pamrajan, dan Dewa Hyang dengan batas tembok panjengker, bahkan dengan hari Piodalan dan Pamangku yang berbeda-beda.
3. TATA CARA MEMASUKI PURA DAN SANGGAH PAMRAJAN
Pura dan Sanggah Pamrajan adalah tempat suci oleh karena itu maka sebelum masuk hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Bersih lahir bathin; lahir: sudah mandi, pakaian bersih dengan tata cara pakaian yang wajar untuk bersembahyang; bathin: pikiran yang hening, tenang, tentram dan siap memusatkan pikiran untuk berbakti kepada Yang Maha Kuasa.
  2. Tidak dalam keadaan cuntaka, kecuali kematian dan perkawinan, boleh masuk ke Sanggah Pamrajan keluarga sendiri.
  3. Bayi yang belum diupacarai tiga bulanan tidak boleh masuk karena masih “leteh”.
  4. Wanita yang rambutnya diurai (“megambahan”) tidak boleh masuk karena rambut yang diurai menyiratkan: keasmaraan (birahi), marah, sedih, dan mempelajari ilmu hitam.
  5. Ibu yang sedang menyusui bayi boleh masuk dengan syarat tidak boleh menyusui bayi di dalam (jeroan) karena air susu Ibu yang menetes akan “ngeletehin” Pura dan Sanggah Pamrajan, di samping itu dipandang tidak sopan mengeluarkan buah dada.
  6. Mereka yang sedang sakit, baik sakit badan maupun sakit ingatan, atau yang terluka tidak boleh masuk karena dapat ngeletehin.
  7. Tidak dalam keadaan mabuk atau “fly”
Pintu/ Pemedal dibuat sempit, cukup untuk satu atau dua orang berbarengan, maksudnya agar masuk ke dalam Pura dan Sanggah Pamrajan secara tertib tidak terburu-buru. Setelah berada di dalam Pura dan Sanggah Pamrajan tata tertib yang perlu diperhatikan antara lain:
  1. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengganggu ketentraman bersembahyang.
  2. Tidak makan/ minum berlebih-lebihan
  3. Tidak membuang kotoran
  4. Tidak bertengkar/ berkelahi
  5. Tidak berbicara keras/ memaki, memfitnah atau membicarakan keburukan orang lain.
  6. Tidak bersedih, menangis/ meratap.
4. FUNGSI PURA DAN SANGGAH PAMRAJAN
Selain sebagai tempat suci untuk bersembahyang, fungsi Pura dan Sanggah Pamrajan berkembang menjadi beberapa fungsi ikutan, yaitu:
  1. Pemelihara persatuan; di saat Odalan, semua warga dan sanak keluarga berkumpul saling melepas rindu karena bertempat tinggal jauh dan jarang bertemu namun merasa dekat di hati karena masih dalam satu garis keturunan.
  2. Pemelihara dan pembina kebudayaan; di saat Odalan dipentaskan tari-tarian sakral, kidung-kidung pemujaan Dewa, tabuh gambelan, wayang, dll.
  3. Pendorong pengembangan pendidikan di bidang agama, adat, dan etika/susila; ketika mempersiapkan Upacara Odalan, ada kegiatan gotong royong membuat tetaring, menghias palinggih, majejahitan, mebat, dll.
  4. Pengembangan kemampuan berorganisasi; membentuk panitia pemugaran, panitia piodalan, dll.
  5. Pendorong kegiatan sosial; dengan mengumpulkan dana punia untuk tujuan sosial baik bagi membantu anggota keluarga sendiri, maupun orang lain.
5. ODALAN
Odalan berasal dari kata “Wedal” atau lahir; hari Odalan = hari wedal = hari lahir = hari di-stanakannya Ida Bethara di Pura dan Sanggah Pamrajan. Yang menjadi patokan adalah hari upacara Ngenteg Linggih yang pertama kali.
Istilah lain yang digunakan untuk hari Odalan adalah hari: Petirtaan (karena di saat itu kepada Ida Bethara disiratkan tirta pebersihan dan dimohonkan tirta wangsuhpada), Petoyaan (sama dengan Petirtaan), Pujawali (karena di saat itu diadakan pemujaan “wali” = kembali di hari kelahiran = wedal).
Hari-hari menurut pawukon yang digunakan sebagai hari odalan (enam bulan sekali) adalah:
  1. Buda Kliwon: Sinta, Gumbreg, Dungulan, Pahang, Matal, Ugu
  2. Tumpek: Landep, Wariga, Kuningan, Krulut, Uye, Wayang.
  3. Buda Wage: Ukir, Warigadean, Langkir, Merakih, Menail, Klawu
  4. Anggarakasih: Kulantir, Julungwangi, Medangsia, Tambir, Prangbakat, Dukut.
  5. Saniscara Umanis: Tolu, Sungsang, Pujut, Medangkungan, Bala, Watugunung.
Susunan upacara Ngaturang Piodalan adalah sbb.:
  1. Mapiuning di Sanggah Pamrajan bahwa akan ngaturang Piodalan
  2. Macaru, bersamaan dengan Newasain/ Nanceb tetaring
  3. Nuwur tirta ke Pura-Pura lain menurut tradisi
  4. Nedunang pratima-pratima Ida Bethara
  5. Mamendak Ida Bethara
  6. Makalahias
  7. Ngewangsuh dan masucian
  8. Ngadegang Ida Bethara
  9. Ngaturang Piodalan, pemuspaan
  10. Nyineb Ida Bethara
  11. Masidakarya
  12. Makebat don
6. MLASPAS
Mlaspas asal kata dari “paspas” artinya membersihkan atau membuang yang tidak perlu; di sini dimaksudkan bahwa bahan-bahan yang digunakan sebagai palinggih: batu, pasir, semen, besi, kayu sudah ditingkatkan statusnya, tidak lagi bernama demikian, tetapi sudah menjadi satu kesatuan dengan nama palinggih.
Sebelum upacara mlaspas, untuk bangunan baru, diadakan upacara:
  1. Memangguh: asal kata: “pangguh” = menemukan tanah baru yang sesuai.
  2. Memirak: asal kata: “pirak” = nebus-menebus di niskala kepada Sedahan Karang/ Carik pemilik tanah pekarangan semula.
  3. Nyikut karang: mengukur panjang/ lebar karang yang akan digunakan sebagai lokasi pelinggih dengan berpedoman pada asta bumi dan asta kosala-kosali.
  4. Macaru asal kata dari “car” = harmonis, yaitu menciptakan keharmonisan antara Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit sesuai dengan konsep Tri-Hita-Karana (tiga penyebab kesempurnaan)
  5. Ngararuwak asal kata “wak” = membuka, yaitu membongkar tanah untuk pondasi
  6. Mendem dasar dengan batu tiga warna (merah merajah “Ang”=Brahma, hitam merajah “Ung”= Wisnu, putih merajah “Mang”=Siwa)
  7. Mamakuh asal kata “bakuh” = kuat; mengokohkan pondamen, bangunan lanjutan, sendi-sendi, paku-paku, atap dll.
  8. Ngurip asal kata “urip” = hidup; menghidupkan bangunan dengan mohon restu Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam wujudnya sebagai Brahma (tetoreh warna merah – di atas), Siwa (tetoreh warna putih – di tengah), dan Wisnu (tetoreh warna hitam – di bawah).
  9. Mendem pedagingan; asal kata “daging” = isi = jiwa bagi palinggih, yaitu Pancadatu, bersamaan dengan memasang Orti, asal kata orta = berita, mengandung simbol agar karya di Sanggah Pamrajan menjadi berita seketurunan, dan memasang Palakerti, asal kata Pala = pahala, Kerti = perbuatan, mengandung simbol buah perbuatan yang patut menjadi contoh bagi keturunan berikutnya. Selanjutnya memasang Bagia, asal kata bagia = landuh = makmur, mengandung simbol mohon kemakmuran kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa. Pada waktu mendem pedagingan semua keluarga agar menyiapkan takir berisi: kalpika, bija, jinah sesari dengan maksud agar dikaruniai umur panjang (kalpika), kemakmuran (bija) dan hasil kerja yang baik (sesari).
  10. Memasang ulap-ulap; asal kata ulap = panggil. Simbol ulap-ulap maksudnya memohon kehadiran Ida Bethara agar berstana di palinggih yang sudah disiapkan.
Setelah itu barulah dilaksanakan upacara melaspas, dan seterusnya Ngenteg Linggih.
7. TATA CARA DAN UPACARA MEMUGAR PURA DAN SANGGAH PAMERAJAN
1. Tahap Pertama (membongkar bangunan lama dan meletakkan batu pertama):
  1. Mareresik
  2. Mapiuning
  3. Macaru Pancasata
  4. Ngadegang Ida Bethara di Daksina linggih
  5. Maguru Piduka
  6. Mlaspas dan masupati batu papendeman
  7. Masupati trisarana (takir berisi: kalpika, beras, jinah)
  8. Ngingsirang Daksina linggih ketempat darurat (asagan)
  9. Mralina palinggih-palinggih lama yang akan dibongkar
  10. Ngereruak pondamen palinggih-palinggih lama
  11. Mendem batu papendeman, takir caru, dan takir trisarana
  12. Persembahyangan
  13. Dharma Wacana tentang: 1] Pura dan Sanggah Pamerajan. 2] Baberatan preti sentana.
2. Tahap Kedua (mlaspas):
  1. Mareresik
  2. Mapiuning
  3. Macaru Resi Gana
  4. Mlaspas dan masupati pedagingan, bagia/ orti/ palakerti, ulap-ulap
  5. Memakuh palinggih-palinggih
  6. Maurip-urip palinggih-palinggih
  7. Mlaspas palinggih-palinggih
  8. Mendem pedagingan dan memasang bagia/ orti/ palakerti/ ulap-ulap
  9. Ngambe-ulap
  10. Nuntun Ida Bethara ke Palinggih-palinggih baru.
  11. Ngaturang ayaban, pemuspaan, Dharma wacana

 SUMBER : ASK BHAGAWAN DWIJA
This entry was posted in :